Translate

Rabu, 10 Mei 2017

Zona Literatur - Resensi - Novel Isabella



Judul Resensi  : Mencari Keyakinan Berdasarkan Kebenaran.
Nama Penulis : Sajidatul Musanna
Anatomi Buku
1.      Nama        : Isabella (Sebuah Novel Studi Perbandingan Agama Islam dan Kristen)
2.      Penulis      : Maulana Muhammad Saeed Dehlvi
3.      Alih Bahasa : Margono
4.      Penerbit     : Navila
5.      Halaman   : 356 halaman
6.      Harga        : Rp. ,-

            Novel Isabella. Berkisah tentang seorang perempuan Kristen yang sangat taat dengan agamanya. Namanya Isabella. Kemudian dalam pencarian kebenaran dalam hidupnya menemukan agama yang diyakininya benar. Ia memutuskan untuk menjadi muslimah. Tidak semata-mata hanya menganut. Tetapi melalui ilmu pengetahuan dan kerja kerasnya mencari kebenaran. Yang hingga di akhir hidupnya, ia dedikasikan untuk kemajuan Islam.
Isabella adalah anak seorang Rahib Kristen berumur 16 atau 17 tahun. Ia memiliki paras yang cantik. Banyak bangasawan dan rahib yang ingin menyuntingnya. Namun ayahnya tak mengijinkannya karena menginginkan Isabella menjadi perempuan teladan seperti Bunda Maria. Dia adalah sarjana filsafat Kristen dan sangat paham ilmu teologi.
            Suatu waktu Isabella dan teman-temannya berada di taman. Dan mendengar percakapan kaum Muslim di dekat rimbunan Mawar. Obrolan itu tentang salah satu surat Santo Paulus yang menyatakan hukum agama adalah kutukan dan Yesus Kristus diturunkan ke dunia untuk membebaskan kutukan itu. Umar Lahmi menjawab pertanyaan Muaz. Ia pernah menanyakan hal yang sama tentang itu pada rahib Kristen dan jawabannya membingungkan. Diam-diam Isabella mendengarkan percakapan kaum Muslim tersebut.
            Dikepulangannya, obrolan kaum Muslimin tadi membuat Isabella ikut bertanya-tanya. Mulai mencari jawaban dan membaca Injil. Namun persoalan pelik tersebut tak juga dapat di pecahkannya. Esok harinya tepat hari minggu sepulang dari gereja, ayahnya menyambutnya. Isabella mengajukan pertanyaan persis seperti yang didiskusikan oleh kaum Muslim. Namun ia tidak mendapat jawaban seperti yang diharapkannya. Meskiia juga telah bertanya pada gurunya, Michael. Ayahnya bertanya darimana asalnya Isabella mendapat pertanyaan,dia punmenjawabnyadengan jujur.
            Sorenya, Isabella datang ke taman dengan tujuan dapat mendengarkan percakapan Muaz dan Umar Lahmi. Ternyata persoalan yang mereka diskusikan kemarin membuat rahib Kristen panik. Isabella memperhatikan setiap percakapan mereka. Hingga satu pernyataan mereka, membuat Isabella hilang kesabaran. Ia merencanakan mengundang mereka untuk berdiskusi dengan para rahib. Untuk meyakinkan para rahib yang terkenal cenderung diam menanggapi kaum Muslim, Isabella membuat perjanjian tertulis. Apabila para rahib dapat menjawab dan menghilangkan keraguan mereka terhadap Kristen maka mereka harus keluar dari Islam dan masuk Kristen. Pesan itu disampaikan lewat surat dan ditujukan langsung sore itu. Umar Lahmi menyetujuinya. Pesan itupun disampaikan kepada gurunya. Kemudiandisetujuilah padahari Minggu di gereja. Sorenya, Isabella menyampaikannya pada Umar Lahmi dan Muaz. Mereka pun menyetujuinya dan akan berangkat ke gereja setelah makan pagi.
            Pertemuan dilaksanakan hingga kali ketiga. Pertemuan pertama, tentang hukum agama tidak menghasilkan titik terang. Isabella pun kecewa dengan sikap para rahib yang nampak kecut menghadapi kaum Muslim. Kemudian dilanjutkan pada pertemuan kedua di gereja Agung dengan tema ketuhanan Yesus dan Penebusan Dosa. Diskusi ini pun juga tidak menemukan titik terang. Ayah Isabella sebagai Kepala Rahib mengetahui pertemuan tersebut. Meski awalnya marah tetapi melihat niat tulus kaum Muslim dan penjelasan seorang rahib. Dia pun memberi keluasan untuk dapat melanjutkan diskusi besok dengannya di rumahnya. Namun seperti diskusi sebelumnya perdebatan mengenai inti ajaran ini tidak membawa hasil dari persoalan. Keangkuhan ayah Isabella dengan jawabannya, membuat Umar Lahmi dan teman-temannya memilih untuk pulang.
Isabella semakin berminat dengan diskusi-diskusi tersebut. Sekaligus juga kecewa dengan jawaban Michael (guru Isabella), Peter (ahli sejarah dan kitab Islam), dan Kepala Rahib (Ayah Isabella). Ia sampai pada kesimpulan doktrin Kristen begitu rapuh. Sebulan telah berlalu, hati Isabella makin berkecamuk. Diam-diam Isabella bertemu Umar Lahmi dan cendekiawan Islam lainnya. Mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari Al Qur’an dan Islam. Dengan membandingkan Islam dan Kristen, menemukan mana kebenaran sejati dan mana yang takhayul. Seiring berjalannya waktu Isabella bukan lagi Kristen yang taat. Dia menundukkan kepalanya di depan keagungan Islam. Namun, kegelisahan akan segala hal yang akan terjadi padanya setelah dia meninggalkan agamanya membuat ia berpikir dua kali. Kegelisahan itu dapat ditangkap Umar Lahmi dan memberi Isabella ayat Al Qur’an untuk dibaca sepuluh kali setiap pagi dan malam. Isabella menurutinya. Dan ia merasa seperti mendapat kekuatan.
            Kisah tentang Isabella terjadi saat kaum Muslim membangun masjid dan sekolah di seluruh Spanyol. Disaat itu juga para cendekiawan muslim berdatangan ke negeri ini. Di Ibu Kota Spanyol, Cordova, sistem pendidikan Islam telah diperkenalkan. Seperti salah satu tokoh muslim bernama Ziad bin Umar (ahli hadits, tafsir Al Qur’an, dan filosof terkenal). Sulit mencari bandingan kealimannya, karena ketulusan hati, kesucian dan kesahihannya membuatnya begitu dihormati dan dimuliakan oleh penduduk Spanyol. Setiap siang dihabiskannya waktu untuk mengajar dan malam hari berdiskusi bersama cendekiawan muslim dan pejabat negara. Mahasiswa-mahasiswa Universitas Cordova akan mengalir ke rumah beliau setelah Salat Isya’. Suatu malam yang cerah beberapa orang tampak berkumpul. Atas izin Ziad bin Umar, Isabella diperbolehkan untuk mengikuti diskusi. Isabella di jemput seseorang dari rumah Umar Lahmi. Dalam forum tersebut Isabella memberikan pengetahuan tentang Kristen kepada yang datang dalam diskusi. Begitupun Isabella dapat menerima ilmu dari forum tersebut. Ia pun mengatakan ingin mengajak ketiga temannya untuk masuk Islam.hingga waktu terus bergulir.
            Di suatu pagi Isabella telah terbangun oleh suara adzan seorang muadzin dari masjid Cordova. Kemudian ia pergi ke perpustakaan di rumahnya dan membaca beberapa buku. Dari luar terdengar seseorang memanggilnya dan di dapatinya Peter, Michael, dan ayahnya. Ketakutan Isabella menyergap. Takut kalau mereka menanyakan tentang ke-Islamannya. Benar saja, ayah Isabella hendak menyakan hal tersebut dengan Peter dan Michael sekali. Helena ibu Isabella dengan ketakutan menanyakan hal tersebut pada Isabella. Isabella hanya menangis dan diam. Pertanyaan Michael tentang ke-Islamannya pun dijawab dengan tenang. Setelah pertemuan selesai ayah Isabella, Peter, dan Michael pun pergi ke gereja agung. Kepala Rahibmemberi pemberkatan pada ribuan orang Kristen dari Spanyol yang datang. Ketika para Rahib telah pergi Isabella pun menulis surat untuk Morino dan menceritakan kegelisahannya yang disampaikan oleh pelayannya. Disore harinya Isabella dan ketiga temannya berkumpul di taman yang sama ketika mereka mendengar percakapan Umar Lahmi. Mereka memutuskan untuk hadir pada pertemuan di rumah Ziad saat itu juga.
            Besok pagi pelayan memberikan surat Michael pada Isabella. Isinya menyuruh Isabella untuk ke rumahnya. Ia pun bergegas ke rumah Michael dengan berbagai kecamuk dihatinya, sampai di sana disambut oleh Mirano. Mempertanyakan mengenai ke-Islaman Isabella. Isabella memang masih Kristen dan segala pertanyaan dijawabnya dengan lantang. Isabella mengorek setiap kejanggalan dalam Injil.Pertemuan yang diharapkan dapat mengembalikan keraguan Isabella pada Kristen gagal. Membuat Peter dan Micahel geramdan akan memberitahukan hal ini pada ayah Isabella. Isabella pulang dengan Islam yang kokoh dihatinya.
            Isabella tidak sengaja bertemu dengan Mirano dan kedua temannya di taman dan membicarakan tentang pertemuan di rumah Mirano. Mereka bergegas kerumah Ziad. Diperjalanan Isabella mengaku telah menjadi Muslimah namun belum secara formal. Sesampainya disana  Isabella meminta untuk diislamkan secara formal dan mengenakan jilbab. Dia pun memperkenalkan ketiga temannya, Mirano anak Michael, Mertha, dan Hanna.  Ziad bin Umar mempersilahkan mereka dengan ramah. Selanjutnya perbincangan Isabella dan Ziad bin Umar mengalir lancar. Isabella menanyakan hal yang belum dipahaminya. Sesampainya di rumah, ketakutan kembali menyergap Isabella. Namun, Allah telah memberinya keberanian hingga ketakutan hilang seketika dan dengan kekuatan dia mampu untuk kembali bangkit.
            Berita Islamnya Isabella telah sampai pada kedua orang tuanya. Ibunya sangat marah. Sepucuk surat diterima Isabella dari pelayannya tertanda Mirano. Tanpa curiga Isabella mengikuti pelayannya. Kecurigaan Isabella terjawab saat tiga orang rahib keluar menyekapnya dan memaksanya ke ruang bawah tanah. Dia sadar dirinya telah jatuh dalam genggaman Inkuisisi. Dia dipukul dan dihina kemudian di penjara di ruang bawah tanah. Delapan hari kemudian baru diberi makan. Dua kali ia di bujuk untuk kembali masuk Kristen. Tapi Isabella tetap menjaga keteguhan iman Islam. Sahabat Isabella, Mirano, Mertha, dan Hanna mengetahui keadaan Isabella. Mereka bertiga berniat membebaskan Isabella. Suatu malam mereka mengunjungi rumah Ziad bin Umar. Dan menceritakan segala peristiwa tentang Isabella. Seluruh orang yang datang memberi dukungan. Mereka tak segan menghunuskan pedang untuk membela Isabella. Amarah mereka luruh setelah Ziad bin Umar meredamnya dan meminta hadirin sekalian bersabar. Rencana membebaskan Isabella telah diatur matang oleh Mirani, Mertha, dan Hanna. Dan Ziad bin Umar menyetujui rencana mereka.
            Suatu hari, Mirano, Mertha, dan Hanna pergi ke rumah Rahib meminta izin untuk dapat menemui Isabella. Dengan iming-iming dapat mengembalikkan iman Kristiani Isabella, akhirnya izin kepala rahib diterima. Tanpa ada orang yang tahu mereka telah membuat persiapan untuk tidak pulang selama-lamanya. Hari itu tiba. Rencana mereka berjalan lancar sesuai seperti yang diharapkan. Mereka pulang menuju rumah Umar Lahmi. Dan menceritakan semua kejadian pada Umar Lahmi dan umat Muslim lainnya.Ayah Isabella mencari kabar tentang rencana ketiga teman putrinya. Tapi yang didapatkannya adalah kegagalan. Hal itu disampaikan oleh seorang rahib dan biarawati yang menjadi korban rencana tiga sekawan itu. Kemarahan rahib tak terbendung. Michael yang datang bersama Peter ikut terkejut mendengar anaknya ikut dalam rencana tersebut. Dan mereka memutuskan untuk mencari keempat gadis itu dan menghukum mereka dengan Inkuisisi. Kabar lolosnya Isabella telah terdengar ditelinga semua rahib dan Kristen fanatik di Cordova. Rapat secara diam-diam diadakan. Belum sampai rapat itu berjalan seorang memberikan surattitipan pada Kepala Rahib. Setelah membaca surat dari Isabella yang berisi ajakan masuk Islam tersebut Rahib marah besar. Pemuda itu dihajar habis-habisan oleh para hadirin. Kepala rahib terkejut melihat pemuda itu adalah rahib dari wilayah utara dan keponakannya sendiri. Ia menyimpulkan itu adalah ulah jahat kaum Muslim.
            Rapat tersembunyi membuat umat muslim mengkritisi hal tersebut. Hal ini disampaikan langsung kapada Ziad. Untuk meredam kegelisahan tersebut, Ziad memberitahukan bahwa masa yang akan datang akan lebih memperjelas setiap aturan. Dalam pertemuan itu juga dengan hormat Mirano meminta untuk diislamkan formal lebih dulu. Sebelum mereka dapat bertanya lebih jauh mengenai Islam. Malam itu ketiga teman Isabella telah masuk Islam. Mirano bertanya mengenai semua hal pada Umar Lahmi dan Ziad. Membuat Isabella, Mirano, dan kedua temannya lebih mantap dengan agama yang baru dianutnya.
Sepuluh tahun Isabella menjadi Muslimah. Serangan orang Kristen telah mereda. Tersiar kabar ada seorang perempuan Kristen dari Toledo yang ahli Al Qur’an dan Hadits, juga kitab wahyu lainnya. Dia mempunyai argument kuat tentang Kristen hingga ahli lain tak pernah berhasil menyangkalnya. Ia mengeluarkan tantangan jika suatu waktu mereka dapat bertemu. Baik dengan argument atau mukjizat dapat mengkristenkannya kembali. Perempuan itupun memberi surat tantangan. Sebelumnya Isabella tak menerima tantangannya. Dan baru disetujuinya setelah enam hari kemudian. Segera saja surat itu tersebar luas yang disebarkan oleh perempuan Kristen tersebut. Perempuan Kristen itupun mengunjungi rumah Isabella yang sekaligus menjadi tempat pengkajian Al Qur’an. Perempuan Kristen mengutarakan maksudnya untuk mengkristenkan Isabella kembali. Mereka berdiskusi dan beradu argumentasi. Seluruh hadirin dan perempuan Kristen terpaku mendengar jawaban terakhir Isabella. yang juga berdampak besar bagi para hadirin. Hingga perempuan Kristen yang menjadi hadirin dan perempuan Kristen yang beradu argumentasi beberapa hari kemudian masuk Islam.
Sepanjang hidup Isabella ia habiskan untuk kemajuan Islam. Dengan sabar mematahkan setiap penyangkalan orang-orang Kristen, disisi lain ia laksana samudera dengan pengetahuan ilmu hadits dan tafsiran Al Qur’an. Ribuan kaum Muslimin merasa beruntung belajar dengannya. Isabella meninggal pada usia delapan puluh tahun. seluruh orang Spanyol berduka karena kematiannya Ribuan orang menghadiri pemakamannya sebagai penghormatan terakhir untuknya.
Buku yang terdapat stempel True Story di bagian sampulnya ini tidak hanya berkisah seorang gadis yang mencari kebenaran dalam menganut agama. Setiap percakapannya terdapat studi kritis dua agama yaitu Kristen dan Islam. Jalan cerita kaku dan monoton. Meski ada konflik yang terjadi pada tokoh utama membuat kisah kurang hidup saat dibaca.
Dalam setiap diskusi tokohnya mengandung inti ajaran baik itu Islam ataupun Kristen. Membuka tabir hingga terlihat jelas. Mengarah studi perbandingan Islam dan Kristen disini benar mangarah hingga ke dalam inti ajarannya. Argumen-argumen yang mudah diterima pembaca dan teladan setiap tokohnya. Buku memang sangat tebal namun memiliki ukuran yang kecil. Jadi, jalan cerita yang cukup kaku menjadi termanipulasi dengan pembaca yang dapat menyelesaikan lembar demi lembar dengan cepat.

Unsur-unsur Intrinsik
1.      Judul               : Isabella
2.      Tema               : Agama
3.      Plot/Alur         : Maju
4.      Sudut pandang: Orang ketiga serba tahu
5.       Tokoh             : Isabella, Kepala Rahib (Ayah Isabella), Michael (guru Isabella), Peter (rahib ahli sejarah dan kitab Islam), Umar Lahmi, Ziad bin Umar, Mirano
6.      Perwatakan    :
a.      Isabella                  : Keras kepala, taat beragama, baik, sabar, berpendirian teguh
b.      Kepala Rahib        : Angkuh, keras kepala, berwibawa, taat beragama, fanatic dengan agamanya
c.       Michael                 : Berwibawa, keras kepala
d.      Peter                      : Angkuh, keras kepala, berwibawa
e.       Umar Lahmi         : Tegas, ramah, teliti, berilmu pengetahuan luas, taat beragama
f.        Ziad bin Umar      : Tegas, ramah, alim, shalih, sabar, berwibawa
7.      Latar               :
-          Latar tempat         : Gereja Agung, Rumah Ziad bin Umar, Rumah Isabella, Taman
-          Latar suasana       : Kecewa, bahagia, menegangkan.
8.      Amanat           : Memilih agama berarti memilih jalan hidup kita. Tidak sembarangan, penuh ketelitian, dan keteguhan. Ilmu pengetahuan sebagai alat agar kita lebih cepat dan tepat menemukan kebenaran. Kebenaran yang sedungguhnya adalah Tuhan. Jadi, untuk mencapainya kita harus selalu kembali mengingat dan meminta kepada Yang Kuasa. Tuhanlah yang menciptakan kehidupan. Tuhan jualah yang akan menuntun kita menuju kebenaran

Unsur-unsur Ekstrinsik
1.      Nilai budaya   :-
2.      Nilai agama    :-
3.      Nilai moral      :-
4.      Nilai Ekonomi :-

Let's read and make your future.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar