Translate

Jumat, 23 Oktober 2015

My Dairy On Campus - Filsafat Ilmu - 5

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Jum'at 9 Oktober 2015. Bisa tebak pertemuan ke berapa untuk mata kuliah filsafat ilmu ku kali ini? Yaps, pertemuan ke lima. Meneruskan post aku sebelumnya di My Dairy On Campus – Filsafat Ilmu – 3 tentang landasan pengembangan ilmu pengetahuan.
Pembahasan diawali dengan pengertian filsafat ilmu. Salah satunya adalah pendapat yang dihimpun oleh The Liang Gie. Salah satu pendapat itu dari Cornelius Benjamin, iamengungkapkan bahwa filsafat ilmu adalah cabang pengetahuan filsafat yang mengemukakan tentang sifat dasar ilmu, metode-metode, konsep-konsep, praanggapan-praanggapan, dan letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan ilmu pengetahuan.
Ruang lingkup filsafat ilmu dari kesimpulan pendapat yang dihimpun oleh The Liang Gie antara lain: 1.) Sikap kritis sejarang perkembangan ilmu, 2.)Sifat dasar ilmu, 3.)Metode-metode, 4.) Konsep-konsep, 5.)praanggapan-praanggapan, 6.)Sikap etis pengembangan ilmu pengetahuan. Diantara faktor-faktor itu diambil 3 yaitu sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, metode ilmiah, dan sikap etis pengembangan ilmu pengetahuan.
Sedikit penjelasan, praanggapan-praanggapan disini bisa dicontohkan seperti ini, di masyarakat kita orang yang mengalami keracunan akan diberi air kelapa. Itu adalah pra-anggapan yang belum terbukti keilmiahannya tapi dilakukan.
Dalam belajar filsafat ilmu baiknya jugadapat mengaplikasikan dalam kehidupan kita setelah mempelajarinya. Meskipun filsafat lebih banyak teori namun juga terdapat sisi praktisnya. Contohnya, saat kamu ingin belok ke kiri di perempatan dengan traffic light. Di kiri jalan dengan jelas tertulis "Belok kiri mengikuti isyarat lampu". Lalu ada pengendara jalan lain di depan kamu yang berniat sama dan langsung saja berbelok ke kiri padahal traffic lightsedang berwarna merah. Di sini jika kamu menganalisisnya apa yang kamu lakukan? Belok ke kiri seperti halnya pengendara itu yang berarti melanggar peraturan lalu lintas, atau berhenti dan menunggu traffic lightberubah jadi berwarna hijau? Dengan pengetahuan filsafat yang kamu punya tentunya kamu tidak akan belok sebelum traffic lightberwarna hijau.
Selanjutnya, topic yang nggak pernah ketinggalan di setiap post aku. Tentang membaca. Membaca itu asik nggak sih? Atau berasa cupu dan jadi kutu buku kalau banyak baca? Jangan merasa tersindir dulu. Karena semua hal itu butuh proses. Dari sekedar mengisi waktu luang, lalu menjadi lebih tertarik lagi. Dan akhirnya menjadi kebiasaan terus bisa di tulis deh di kolom hobi. Ciee, yang hobi baca. Tapi, Eitts..tunggu dulu nih. Memangnya banyak baca buku gitu ada yang nyantol nggak. Kalau nggak berarti kamu belum sukses menaklukkan buku. Wiiih..bahasanya.. "menaklukkan"!
Yaps, saat kamu membaca, kamu juga harus mencermati. Karena saat membaca dengan mencermati teks itulah kita dapat tahulatar belakang penulis. Hal yang paling mudah mengetahui buku itu berkualitas atau tidak bisa di lihat dari penulisnya. Misalnya,jika buku psikologi maka ditulis oleh seorang dengan latar belakang psikologi. Jadi, buku psikologi yang ditulis oleh seorang dengan backgroundpsikologi dengan yang bukan, akan lebih berkualitas yang di ditulis oleh seorang dengan backgroundpsikologi.
Selain itu maksud mencermati adalah membaca dengan mengkritisi apa yang dibaca. Yaitu tidak menerima mentah-mentah apa yang telah dibaca. Dan level seseorang dalam mengkritisi sebuah teks itu antara lain:
-         Pengetahuan : Seseorang hanya mendapat informasi dari teks tetapi belum mengerti apa maksudnya. Yang seperti ini belum dikategorikan kritis.
-         Pemahaman : Kalau seseorang sudah membaca kemudian memahami maksud dari apa yang dibaca maka ia telah naik ke level ini.
-         Penerapan : Setelah membaca dan memahami kemudian diterapkan.
-         Analisis : Yaitu melihat bagaimana penerapan itu. Apakah cocok misalnya dengan lingkungannya atau tidak.
-         Sintesis : Coba di hubungkan atau diperbandingkan antara cara satu buku dengan buku lain. Yang mana yang paling sesuai dengan konteks.
-         Evaluasi : Kemudian di cari kelebihan dan kekurangan dari metode atau cara yang diterapkan cocok atau tidak. Kalaupun akhirnya dipilih salah satu atau tidak sama sekali karena kurang sesuai, baiklah tidak apa-apa. Toh, ada manfaat lain yang bisa didapatkan.
Sebenarnya kita tidak perlu membatasi dalam membaca bukukecuali tentang akidah. Dan ingat harus kritis. Tanpa sikap kritis akan membuat orang menjadi dogmatis (tidak meneriman pendapat yang berbeda dengan dirinya). Hal itu akan menjadi sikap yang solipstik. Misalnya kita membaca buku yang bertolak belakang dengan agama atau keyakinan. Mengapa tidak kita membaca, itu juga ilmukan. Okelah, membaca ilmu seperti itu, tapi akidah tetap dengan apa yang diyakini, aturan tetap apa yang diperintahkan. Jadi, tidak melanggar baik aqidah atau perintah agama yang diyakini.Akhirnya dari pernyataan yang diberikan pak Na'im itulah saya juga berkaca dari buku apa saja yang telah saya baca. Bersikap kritis itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Buku yang ku baca belum terlalu banyak. Itu juga yang membuatku kesulitan untuk dapat memperbandingkan antara buku satu dengan yang lain.Karena mengkritisi itu juga harus berlandaskan ilmu.
Tapi, taukah kamu manusia itu berproses. Sama kayak aku, Insyaallah prosesnya baik biar hasilnya berkualitas. Amin. Dan jika aku memulainya dari sekarang mungkin saja manfaatnya baru dirasakan entah kapan. Untuk kali ini aku juga masih terus mencoba membaca buku ilmiah, karya fiksi hanya sebagai hiburanku di waktu luang. Rasanya tidak enak, namun mengenyangkan dan sehat tentunya. Ha..ha.. ha.. seperti makanan saja kan? Memang iya, emangnya buku cuma makanan kutu,kan aku juga mau. Bedanya kita mengambil manfaat untuk mengenyangkan otak kita dengan pengetahuan. Bukan membaca untuk mengisi perut yang keroncongan. Iya kan….?
Melanjutkan penjelasan, sekarang masuk ke bagian tujuan filsafat. Dalam post sebelumnya, sudah pernah aku tulis tentang sikap etis yang harus dijaga oleh seorang ilmuwan. Bagi yang belum membaca silahkan mampir ke post "My Dairy On Campus" sebelumnya..hehehe.. Oke, kita lanjutkan. Sikap etis yang tentunya harus dijunjung tinggi oleh para ilmuwan bertujuan untuk: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujia penalaran ilmiah, untuk mewujudkan sikap kritis dengan kegiatan ilmiah. Maksudnya disini adalah ilmuwan harus kritis dengan bidang ilmunya sendiri, untuk dapat menghindarkan dari sikap solipstik(menganggap pendapatnya yang paling benar). Kedua, filsafat ilmu sebagai sarana refleksi, menguji, mengkritik asumsi, dan metode keilmuwan. Karena yang terjadi, ilmuwan cenderung menerapkan metode ilmiah tanpa memerhatikan struktur ilmu pengetahuan. Yang terkadang membuat metode ilmiah menjadi hakikat ilmu pengetahuan. Padahal sebaliknya, metode ilmiah hanyalah sarana untuk mendapat ilmu pengetahuan tersebut. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuwan. Seperti diketahui, setiap metode ilmiah yang digunakan haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara logis/rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum.
Melanjutkan bagian selanjutnya, yang tidak lain dan tidak bukan… jeng..jeng.. jeng… "Implikasi Mempelajari Filsafat Ilmu". Apa sih implikasi itu? Implikasi bisa dibilang konsekuensi atau akibat bisa dampak, atau kamu punya pemahaman lain. Tapi harus berdasarkan kebenaran lo ya… Nah, implikasi yang pertama seorang ilmuwan harus memiliki pengetahuan dasar untuk dijadikan landasan berpijak yang kuat. Baik ilmu kealaman maupun ilmu sosial. Keduanya bahkan bisa dikaitkan. Jadi, ilmu-ilmu tersebut dapat berjalan harmonis dan beriringan. Selanjutnya,  bermaksuduntuk menyadarkan para ilmuwan agar tidak terjebak dalam pola pikir "Menara Gading". Yaitu hanya berpikir murni keilmuwannya saja tanpa mengaitkan kenyataan yang disekitarnya. Padahal aktivitas keilmuwan tidak bisa lepas dari sosial atau kemasyarakatan.
Aku selalu berusaha mengepost apa yang sudah ku praktekan. Meski ada beberapa yang belum ku praktekan secara terus menerus. Menurutku hal itu bermanfaat jadi aku post. Bukankah kita mempelajari ilmu pengetahuan agar dapat bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Karena ilmu yang bermanfaat, pahalanya akan tetap mengalir meski kita telah meninggal dunia nanti. Amin. Semoga aku bisa mempraktekan semuanya dengan baik. Dan semoga kamu pun juga begitu ya… Aku sudah punya sirineatau tanda peringatan jika aku melakukan pelanggaran. Contohnya, ketika aku membaca lalu memahami, kemudian menutup buku dan menulis dengan mengeksplor apapun yang bisa diingat oleh otak. Tanganku gatal ingin membuka buku yang tergeletak disampingku. Mataku melirik mencari celah kalau kalau lembaran buku itu tertiup angin. Atau malah makin mujur jika langsung terbuka tepat pada bagiannya. Aku tidak bisa melanggar kontrak. Hatiku yang memberikan sirine,dengan berat kepalaku menoleh kearah berlawanan dengan tempatku meletakkan buku jendela ilmu itu. Walau terkadang aku pernah melanggar perjanjian tanpa hitam diatas putih itu. Aduh, jadi semaunya sendiri ya..
Ehm, Ehm, Apa kamu menganggap bisa melakukan semua hal yang kamu inginkan? Berbicara semaumu tanpa memikirkan perasaan orang lain. Atau melanggar aturan demi mengagungkan yang disebut kebebasan. Tapi sebelumnya sudah dibahas pentingnya sikap etis apalagi untuk para ilmuwan. Tentu saja tidak hanya para ilmuwan. Semua orang juga harus melakukan sesuatu berdasarkan etika yang ada di lingkungannya masing-masing. Aturan di buat agar dapat berjalan selaras. Kebebasan bukan berarti melanggar peraturan. Memang kita tidak akan pernah tahu apa yang kita lakukan sebelum mencobanya. Tapi peraturan dibuat untuk kebaikan. Peraturan yang baik akan membuat yang diatur akan melakukannya dengan senang hati. Karena tahu manfaat besar yang akan diterimanya setelah melaksanakan peraturan. Tidak perlu langsung tapi sedikit demi sedikit. Kenapa tidak berubah kalau berubah itu untuk hal yang baik, apalagi jika orang disekitarmu kena efek radiasi perilaku dan pemikiran yang positif itu. Wah, senangnya tuh disini…
Menurut saya, semua hal itu berubah. Siang akan berganti dengan malam ketika bulan menggantikan tugas matahari menyinari alam ini. Jarum jam akan terus berputar mengganti waktu dari detik ke menit, dari menit ke jam, begitu seterusnya. Seperti aku yang juga akan terus berubah seiring dengan berjalannya waktu. Entah apa yang orang pikir bahwa aku sudah tak seperti dulu. Yang jelas aku memang sudah berubah tapi untuk yang lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak memungkiri petuah bijak dari orang disekitarku membuatku semakin baik dan bijak dengan cara introspeksi diri. Segala perubahan itu tidak semuanya baik. Kita makhluk sempurna seperti yang telah dijelaskan dalam Al Qur'an, buku atau kitab agama. Satu hal yang perlu dimengerti asalkan perubahan itu tidak melawan kodrat. Matahari akan terbit dari timur jika melawan kodrat. Karena jika iaterbit dari barat itulah yang disebut kiamat. Akhir dari segala yang ada di dunia. Ok. Sekian post aku. Bye.. Bye..
***
Lets Read and Make Your Future

وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Kamis, 08 Oktober 2015

My Dairy On Campus - Filsafat Ilmu - 4

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Jum'at, 1 Oktober 2015. Hari jum'at pertama bulan Oktober menjadi pertemuan keempat mata kuliah filsafat ilmu. Hari ini berjalan sesuai waktu yang ditentukan, pukul 10.20 WIB. Tidak seperti pertemuan sebelumnya hari ini tidak diawali dengan mempresentasikan hasil resume oleh mahasiswa. Melainkan penjelasan singkat dari Pak Na'im mengenai Induksi dan Deduksi. Aku memperhatikan dengan seksama. Kurang lebih seperti ini…
Induksi yaitu mengambil kasus kusus kemudian membuat simpulan umum. Pengertian ini dicontohkan begini,,
Kasus Khusus : Andi membeli buah Jeruk di daerah A. Ia membeli pada pedagang yang berjualan dipinggir jalan. Di atas keranjang jeruk terpajang tulisan 3000 rupiah. Akhirnya Andi membeli 1 kg Jeruk. Andi terkejut karena harganya ternyata 10000 rupiah. Ia meminta penjelasan pedagang. Pedagang itu menjawab, harga 3000 rupiah untuk jeruk yang kecil-kecil di keranjang bagian bawah. Kalau yang atas besar-besar jadi harganya 5000 rupiah per kg. Andi mengulang kembali pada pedagang jeruk di beberapa daerah berbeda. Dan ternyata cara berdagangnya sama.
Simpulan Umum : Dari situ Andi menyimpulkan bahwa semua pedagang jeruk berdagang dengan cara yang sama.
Deduksi yaitu mengambil simpulan umum dari kasus yang kusus. Contohnya,
Kasus Khusus : (Maaf) "Banyak orang yang memandang orang yang tinggal di pesantren itu kurang menjaga kebersihan." Suatu saat dokter A sedang memeriksa 6 pasien remaja. Pemeriksaan menunjukkan mereka terkena tifus. Dokter menanyakan darimana saja mereka tinggal. Ke enam remaja itu ternyata tinggal di pesantren.
Simpulan Umum : Jadi, dari kasus tersebut dokter menyimpulkan bahwa anak yang tinggal di pesantren kurang menjaga kebersihan.

Sebelumnya aku sedikit terkejut. Kenapa pak Na'im menjelaskan tentang induksi dan deduksi. Akhirnya pertanyaan ini terjawab saat aku membuka buku filsafat Ilmu. Metode induksi dipakai Francis Bacon pada abad ke-19. Filsafat ilmu lahir karena adanya kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang pesat. Sayangnya, pesatnya IPTEK tidak sejalan dengan landasan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Para filsuf memandang hal ini sebagai ancaman. Filsafat ilmu menginginkan IPTEK kembali ke tujuannya untuk kebahagiaan umat manusia.
Kemudian dari penjelasan itu barulah di minta salah seorang mahasiswa mempresentasikan hasil resumannya. Dapat disimpulkan materi hari itu begini..
Objek Filsafat Ilmu ada dua yaitu Objek material yang pokok bahasannya adalah ilmu pengetahuan itu sendiri dan Objek formal dengan pokok bahasannya yaitu hakikat ilmu pengetahuan atau dasar-dasar ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, landasan pengembangan ilmu pengetahuan itu ada tiga. Yakni..
-         Ontologis -> Apa? -> Realitas
-         Epistemologis -> Bagaimana? -> Metodologi
-         Aksiologis -> Mengapa/Untuk Apa? -> Tujuan/Nilai
Keterangannya:
Landasan Ontologis ilmu pengetahuan yaitu titik tolak untuk menelaah ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki ilmuwan. Sikap dan pendirian yang dimaksudkan disini adalah Materialisme dan Spiritualisme.
Pengertian materialisme yakni pandangan metafisik bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Bahkan pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi. Yang dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Jadi hakikat benda disini adalah materi. Sifatnya, berupa benda fisik yang dapat dilihat, diraba, dan sebagainya. Pengembangan Ilmu dari sikap dan pendirian materialis cenderung pada ilmu kealaman (biologi, fisika, dsb.) dan menganggap ilmunya sebagai induk bidang ilmu lain. Dalam perkembangan ilmu modern disuarakan oleh positivisme. Misalnya, benda terkecil menurut mereka adalah atom.
Sementara, spiritualisme yaitu pandangan metafisik yang cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah untuk pengembangan ilmu lain. Sifatnya, bisa roh atau hal yang tak dapat diukur. Bisa di contohkan dengan mengukur khusu'nya salat.
Pandangan metafisik sendiri memiliki pengertian, meta : beyond yang berarti melampaui. Metafisika yaitu cabang filsafat yang membahas persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi. Jadi, dapat disimpulkan landasan ontologis sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Bagi yang materi berarti terarah pada ilmu empiris. Dan untuk spiritual terarah pada ilmu humaniora (sosial).
Berlanjut ke landasan pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Landasan Epistemologis adalah titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Yang dimaksud adalah metode ilmiah. Metode ilmiah di bedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu siklus empirik untuk ilmu kealaman dengan urutan yang pertama Observasi lalu Induksi, Eksperimen, Verifikasi (pengajian ulang hipotesis), kemudian teori. Kelompok satu lagi dengan metode linier untuk ilmu humaniora yaitu persepsi, pengertian, dan prediksi masa depan.
Yang terakhir, landasan Aksiologi yang memiliki pengertian sikap etis yang harus dikembangkan ilmuwan terutama untuk kebenaran (nilai-nilai yang diyakini). Jadi, ilmu pengetahuan yang dikembangkan itu harus berdasar juga pada ideologi, keyakinan, dan nilai-nilai masyarakat tempat ilmu itu dikembangkan.
Untuk post kali ini agak baku ya bahasanya. Gimana nggak. Ini adalah hasil resuman dari buku filsafat ilmu, tentunya juga menggabungkannya dengan sederet catatan penting dari setiap penjelasan gamblang pak Na'im. Tapi, apa mau dikata. Kala itu mataku seperti di olesi lem. Tempat dudukku yang berdekatan dengan jendela membuat angin masuk semilir ke dalam. Mengayunkan bulu-bulu mataku ke atas dan ke bawah. Berkali-kali aku mengucek mata yang mulai pedih dan buram. Aku hanya bisa pasrah. Suasana kian mendukung karena sunyi senyap. Agak terobati dengan sedikit guyonan dari pak Na'im. Tanganku gantian ikut lemas. Menulis apa yang ku dengar saja seperti ditindih beban berat. Akhirnya hanya sedikit penjelasan saja yang dapat ku tulis. Padahal ada banyak yang bisa di abadikan. Masih beruntung kali ini aku tetap terjaga dan tidak sering menguap yang terkadang membuatku berlinang air mata. Sudahlah, memang begitu. Tapi akhirnya setelah berhasil meresume kemudian membaca kembali tulisan yang tidak seberapa itu otakku dapat lancar memahaminya. Alhamdulillah.
Oh, ya. Ada pertanyaan singkat yang menggelitik kamu. Nggak perlu di jawab keras-keras. Ssssttt… di hati aja. Apa kamu seorang yang malas untuk menulis? Atau kamu salah satu dari seorang yang tidak bisa menangkap pelajaran dengan baik? Tenang saja tidak hanya kamu yang merasakan hal itu. Aku juga mengalaminya. Setiap penjelasan dalam pelaksanaan mata kuliah aku harus jeli. Menyimak dengan seksama, mengolahnya di otak kemudian menulisnya. Baiknya memang aku menulis. Bukan karena aku pintar dan mengetahui banyak hal. Tapi sebaliknya, aku menulis untuk mengetahui sesuatu. Aku mengumpamakan dengan ini… "Otakku mungkin lemah dalam daya ingat. Banyak hal bahagia dan sedih hilang begitu saja karena lupa. Aku beruntung mempunyai foto dan tulisan untuk menyimpan memori itu. Tapi sayang aku juga tak melakukannya. Akhirnya kenangan itu hilang begitu saja." Aku punya motto dalam hal menulis. Aku menulis apapun itu. Tidak peduli berguna atau tidak nantinya yang penting menulis. Tunggu.. Tunggu.. Memangnya ada tulisan yang tidak berguna?.. Baiklah cukup sampai disini saja tulisan aku kali ini. Mohon dimaafkan jika kurang dimengerti. Semoga aku dapat memperbaikinya dan terus melakukan perubahan yang baik. Ok. Bye.. Bye..
***
Lets Read and Make Your Future


وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

My Dairy On Campus - Filsafat Ilmu - 3

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Jum'at, 25 September 2015. Pertemuan ketiga mata kuliah filsafat ilmu. Hari ini jam perkuliahan dilangsungkan lebih awal. Jadwal untuk mata kuliah psikologi perkembangan pada jam ke dua kosong. Kemudian diisi dengan perkuliahan selanjutnya yaitu filsafat ilmu.
Seperti biasanya, perkuliahan dimulai dengan membaca basmallah. Kemudian suasana menjadi hening saat pak Na'im meminta salah seorang mahasiswa untuk mulai presentasi. Teman-teman mahasiswa ku yang lain komat-kamit membaca buku yang dipegangnya. Apalagi jika bukan untuk mempelajari materi yang akan dipresentasikan. Pak Na'im mempersilahkan siapa saja dari kami untuk presentasi. Namun, suasana demokratis berganti menjadi otoriter saat tak ada satupun mahasiswa yang maju untuk presentasi. Dari barisan nama pada daftar hadir dipanggilah satu nama mahasiswa di kelasku.
Pembahasan pertama mempresentasikan tentang prinsip-prinsip berfilsafat. Temanku itu maju membawa buku tulis yang berisi hasil resumannya beserta buku filsafat ilmu. Ia duduk dan menata sikapnya. Menurutku ia terlihat nervous tapi entahlah. Ia mengawali presentasi dengan belum begitu baik. Namun bahasa yang ia gunakan telah sejalan dengan harapan. "Presentasikan dengan bahasa kalian sendiri" begitu kata pak Na'im.
Apa yang beliau utarakan ini bukan tanpa maksud. Seperti biasanya, setelah salah seorang mahasiswa mengawali presentasi. Beliau memberikan penjelasan singkat terkait pentingnya membaca dan menulis. Dari penjelasan itu aku dapat menarik kesimpulan yang kurang lebih seperti ini:
Orang membaca tidak hanya sebatas merangkai abjad dalam deretan kalimat pada sebuah buku. Tetapi juga dalam membaca seseorang harus paham dengan apa yang dibaca. Oleh karena itu, kamu bisa memakai tahap ini untuk bisa memahami apa yang kamu baca. Dengan begitu kamu mendapat poin plus, plus, plus.
Nah, tahap yang pertama tentunya kamu harus membaca. Jangan membatasi diri kamu dalam membaca ya… Seperti yang tertulis dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Kita dapat meneladani salah satu sifat dari Ibu kita Kartini. Beliau membaca banyak buku, jika belum mengerti apa maksudnya beliau akan mengulanginya sampai ketiga atau kesekian kali hingga paham. Baiklah, tahap selanjutnya yaitu mencari ide pokok (Find Main Idea). Seperti sebelumnya yang sudah saya tuliskan. Cari kata kuncinya. Itu akan memudahkan kamu menghafal dan mengingatnya. Selanjutnya eksplorlah ide pokok itu dengan dengan menggali dan mengembangkan ide pokok memakai bahasa kamu sendiri. Setelah membaca, mengetahui ide pokok, lalu tutup buku kamu. Dengan membaca kamu telah mempelajari banyak kosakata. Kini saatnya kamu mengembangkan kosakata dengan bahasa kamu sendiri. Bahasa yang kamu gunakan tidak melulu sama persis dengan buku yang kamu baca. Awalnya pasti sulit. Karena itu kamu bisa melatihnya. So, lakukanlah! Jika kamu merasa kesempatan untuk mengeksplor bahasa kamu dengan lisan belum terwadahi, bisa dilakukan dengan menulis. Kesempatan itu mahal harganya. Nah, kamu bisa melatihnya mulai dari forum-forum kecil. Misalnya, jika kamu seorang pelajar atau mahasiswa yang mendapat tugas untuk mempresentasikan makalah. Yaps, ini adalah kesempatan baik buat kamu untuk belajar.
Presentasi setelahnya hingga akhir dilakukan dengan demokratis. Itu juga karena keberanian teman-teman mahasiswa untuk bisa mengeksplor dirinya. Seperti temanku yang tak bisa kusebutkan namanya ini. Presentasinya baik. Tetapi saat ia presentasi, kemudian kembali duduk di tempatnya semula ia bilang, "apa yang ada dalam pikirannya tidak sesuai dengan apa yang lisannya utarakan." Lucu memang tapi pak Na'im menceritakan pengalaman dirinya. Hal ini biasa terjadi. Itulah kenapa kesempatan itu penting. Semakin dia punya banyak kesempatan untuk bisa berbicara sistematis didepan banyak orang. Maka tidak menutup kemungkinan ia bisa presentasi lebih baik dari hari ini.
Selanjutnya bagi kami mahasiswi. Majulah teman mahasiswiku yang imut-imut. Ia mempresentasikan resumannya. Dan mengeksplor apa yang telah ia pelajari dari buku. Presentasinya singkat yang kemudian dilanjutkan dengan mahasiswi kedua. Aku memanggilnya dengan mbak. Ia presentasi dengan jelas dan panjang lebar. Salah satu prinsip berfilsafat dihubungkannya dengan ilmu biologi yang dipahaminya. Semua mahasiswa yang telah berani maju kedepan kelas diapresiasi. Semua mahasiswa yang lain memberi applause begitu juga pak Na'im.
Bagaimana mau mencobanya? Nggak perlu langsung di forum besar kok, yang lokal aja dulu. Atau kamu hanya ingin tapi kaki kamu nggak kuat melangkah. Ehm, atau mungkin banyak membayangkan kemungkinan terburuk di depan kelas saat presentasi. Poin pentingnya, ketika kamu ingin belajar suatu ilmu maka yang pertama kali harus kamu lakukan adalah berasumsi positif. Dengan begitu kamu akan melakukan kegiatan itu dengan senang hati. Yang akhirnya membuat kamu menikmati kegiatan itu. Ini menjadi awal dari pembahasan prinsip-prinsip filsafat dari pak Na'im. Kurang lebih seperti ini:
            Realitas. Konsep ini dikemukakan oleh Plato dan muridnya Aristoteles. Meski begitu mereka memiliki pemahaman sendiri-sendiri. Menurut Plato realitas ada didalam ide. Seperti bolpoin. Kamu tidak akan apa itu spidol sebelum diberitahu bahwa ini bolpoin. Karena itulah disebut idealis. Yaitu orang yang kehidupannya mengejar ide. Selanjutnya menurut Aristoteles, realitas adalah apa yang bisa kita lihat. Tidak perlu dilukiskan seperti apa itu bolpoin. Yang terpenting adalah wujudnya. Yang disebut materialis.
            Pembahasan masuk ke prinsip-prinsip dalam berfilsafat. Menurut Aristoteles filsafat dimulai dari thauma yaitu rasa kagum. Orang yang kagum biasanya tidak dapat menilai krtitis apa yang dia sukai. Dia hanya bisa melihat sisi baik tanpa mempertimbangkan sisi buruknya. Kemudian yang disebut filsafat disini haruslah diteruskan ke level aporia. Yaitu masalah yang sulit dicarikan jalan keluarnya. Maksudnya disini adalah jika thauma itu menjadi hal yang tidak lagi objektif, melihat sebuah benda tidak berdasarkan fungsi dan lain sebagainya. Maka ini menjadi masalah yang sulit dicarikan jalan keluarnya. Karena apa? Seseorang yang kagum kadang tidak bisa menjelaskan mengapa ia bisa kagum. Kekaguman orang yang sulit dikendalikan juga menjadi masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya.
            Selanjutnya prinsip-prinsip filsafat itu ada lima. Pertama, meniadakan kecongkakan. Seorang yang berfilsafat haruslah meniadakan kecongkakan. Hal itu akan melahirkan sikap solipsisme yaitu merasa bahwa dirinya benar sendiri. Ini akan menjadi masalah saat berdiskusi dengan yang lain. Maka turunkanlah ego untuk mendapat kebenaran.
Kedua, kesetiaan pada kebenaran. Dalam berfilsafat memang harus menurunkan ego. Ia juga harus mempertahankan pernyataan yang ia pegang. Jangan karena yang lain merasa tidak benar ikut-ikutan. Disini ego juga harus sedikit direndahkan karena sekali lagi utamakan kebenaran.
            Ketiga, mencari persoalan-persoalan filsafati dan mencarikan jawabannya. Jadi, carilah persoalan filsafat yang ada disekitar kita dulu. Setiap orang pasti memiliki masalah. Nah, jika sudah mencari masalah kemudian dipecahkan. Ini disebut latihan intelektual.
            Keempat, mempelajari filsafat dari waktu ke waktu. Belajar fisafat haruslah dengan tidak sekali waktu saja. Latihan intelektual dilakukan secara rutin untuk mengasah kemampuan memecahkan masalah.
            Yang terakhir, sikap terbukaan. Jangan menutup diri dari ilmu lain. Namun, jangan lupa latar belakang ilmu kamu. Misalnya, saya terbuka dengan hal baru, tapi saya tidak melupakan background saya sebagai mahasiswa tasawuf psikoterapi.
            Bagiamana? Sudah lima prinsip filsafat yang bisa dipelajari kali ini. tidak ada yang sulit kan. Sebenarnya setiap kegiatan apapun itu mudah termasuk belajar. Yang membuat kita sulit memulainya adalah asumsi negatif yang merasuki setiap sendi. Membuat kita menjadi lemah dan tak berdaya. Padahal, asumsi negatif itu jugalah yang membuat kita menjadi berat melangkah yang akhirnya jadi jalan ditempat. Jadi, sebelum memulai belajar apapun itu buat asumsi positif. Lalu kerjakan dan nikmati. Hasilnya memang ada jauh didepan bahkan sampai tak terjangkau oleh penglihatan. Tapi proses itu menjadi latihan kedewasaan. Dan menikmati seluruh proses itu membuat kita tidak sadar ternyata hasil yang didambakan telah ada di genggaman tangan. Sekian dulu Dairy On Campus tentang prinsip-prinsip berfilsafat. Bye, Bye, ..
***
Lets Read and Make Your Future


وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ