السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jum'at
9 Oktober 2015. Bisa tebak pertemuan ke berapa untuk mata kuliah filsafat ilmu
ku kali ini? Yaps, pertemuan ke lima. Meneruskan post aku sebelumnya di My
Dairy On Campus – Filsafat Ilmu – 3 tentang landasan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Pembahasan
diawali dengan pengertian filsafat ilmu. Salah satunya adalah pendapat yang
dihimpun oleh The Liang Gie. Salah satu
pendapat itu dari Cornelius Benjamin, iamengungkapkan
bahwa filsafat ilmu adalah cabang pengetahuan filsafat yang mengemukakan
tentang sifat dasar ilmu, metode-metode, konsep-konsep,
praanggapan-praanggapan, dan letaknya dalam kerangka umum dari cabang
pengetahuan ilmu pengetahuan.
Ruang lingkup filsafat ilmu dari
kesimpulan pendapat yang dihimpun oleh The Liang Gie antara lain: 1.) Sikap kritis sejarang perkembangan ilmu, 2.)Sifat dasar ilmu, 3.)Metode-metode, 4.)
Konsep-konsep, 5.)praanggapan-praanggapan,
6.)Sikap etis pengembangan ilmu
pengetahuan. Diantara faktor-faktor itu diambil 3 yaitu sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan, metode ilmiah, dan sikap etis pengembangan ilmu pengetahuan.
Sedikit
penjelasan, praanggapan-praanggapan disini bisa dicontohkan seperti ini, di
masyarakat kita orang yang mengalami keracunan akan diberi air kelapa. Itu
adalah pra-anggapan yang belum terbukti keilmiahannya tapi dilakukan.
Dalam
belajar filsafat ilmu baiknya jugadapat mengaplikasikan
dalam kehidupan kita setelah mempelajarinya. Meskipun filsafat lebih
banyak teori namun juga terdapat sisi praktisnya. Contohnya, saat kamu ingin
belok ke kiri di perempatan dengan traffic light. Di kiri jalan dengan
jelas tertulis "Belok kiri mengikuti isyarat lampu". Lalu ada
pengendara jalan lain di depan kamu yang berniat sama dan langsung saja
berbelok ke kiri padahal traffic lightsedang berwarna merah. Di sini
jika kamu menganalisisnya apa yang kamu lakukan? Belok ke kiri seperti halnya
pengendara itu yang berarti melanggar peraturan lalu lintas, atau berhenti dan
menunggu traffic lightberubah jadi berwarna hijau? Dengan pengetahuan
filsafat yang kamu punya tentunya kamu tidak akan belok sebelum traffic
lightberwarna hijau.
Selanjutnya,
topic yang nggak pernah ketinggalan di setiap post aku. Tentang membaca. Membaca itu asik nggak sih? Atau berasa
cupu dan jadi kutu buku kalau banyak baca? Jangan merasa tersindir dulu. Karena
semua hal itu butuh proses. Dari sekedar mengisi waktu luang, lalu menjadi
lebih tertarik lagi. Dan akhirnya menjadi kebiasaan terus bisa di tulis deh di
kolom hobi. Ciee, yang hobi baca. Tapi, Eitts..tunggu dulu nih. Memangnya
banyak baca buku gitu ada yang nyantol nggak. Kalau nggak berarti kamu belum
sukses menaklukkan buku. Wiiih..bahasanya.. "menaklukkan"!
Yaps, saat kamu membaca, kamu juga harus mencermati.
Karena saat membaca dengan mencermati teks itulah kita dapat tahulatar belakang
penulis. Hal yang paling mudah mengetahui buku itu berkualitas atau tidak bisa
di lihat dari penulisnya. Misalnya,jika buku psikologi maka ditulis oleh
seorang dengan latar belakang psikologi. Jadi, buku psikologi yang ditulis oleh
seorang dengan backgroundpsikologi dengan yang bukan, akan lebih
berkualitas yang di ditulis oleh seorang dengan backgroundpsikologi.
Selain itu maksud mencermati adalah membaca dengan mengkritisi
apa yang dibaca. Yaitu
tidak menerima mentah-mentah apa yang telah
dibaca. Dan level seseorang dalam mengkritisi sebuah teks itu antara lain:
-
Pengetahuan : Seseorang hanya
mendapat informasi dari teks tetapi belum mengerti apa maksudnya. Yang seperti
ini belum dikategorikan kritis.
-
Pemahaman : Kalau seseorang
sudah membaca kemudian memahami maksud dari apa yang dibaca maka ia telah naik
ke level ini.
-
Penerapan : Setelah membaca
dan memahami kemudian diterapkan.
-
Analisis : Yaitu melihat
bagaimana penerapan itu. Apakah cocok misalnya dengan lingkungannya atau tidak.
-
Sintesis : Coba di hubungkan
atau diperbandingkan antara cara satu buku dengan buku lain. Yang mana yang
paling sesuai dengan konteks.
-
Evaluasi : Kemudian di cari
kelebihan dan kekurangan dari metode atau cara yang diterapkan cocok atau
tidak. Kalaupun akhirnya dipilih salah satu atau tidak sama sekali karena
kurang sesuai, baiklah tidak apa-apa. Toh, ada manfaat lain yang bisa
didapatkan.
Sebenarnya
kita tidak perlu membatasi dalam membaca bukukecuali
tentang akidah. Dan ingat harus kritis.
Tanpa sikap kritis akan membuat orang menjadi dogmatis (tidak meneriman
pendapat yang berbeda dengan dirinya). Hal itu akan menjadi sikap yang solipstik.
Misalnya kita membaca buku yang bertolak belakang dengan agama atau keyakinan.
Mengapa tidak kita membaca, itu juga ilmukan. Okelah, membaca ilmu seperti itu,
tapi akidah tetap dengan apa yang diyakini, aturan tetap apa yang
diperintahkan. Jadi, tidak melanggar baik aqidah atau perintah agama yang
diyakini.Akhirnya dari pernyataan yang diberikan pak Na'im itulah saya juga
berkaca dari buku apa saja yang telah saya baca. Bersikap kritis itu tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Buku yang ku baca belum terlalu banyak. Itu
juga yang membuatku kesulitan untuk dapat memperbandingkan antara buku satu
dengan yang lain.Karena mengkritisi itu juga harus
berlandaskan ilmu.
Tapi,
taukah kamu manusia itu berproses. Sama kayak aku, Insyaallah prosesnya baik
biar hasilnya berkualitas. Amin. Dan jika aku memulainya dari sekarang mungkin
saja manfaatnya baru dirasakan entah kapan. Untuk kali ini aku juga masih terus
mencoba membaca buku ilmiah, karya fiksi hanya sebagai hiburanku di waktu
luang. Rasanya tidak enak, namun mengenyangkan dan sehat tentunya. Ha..ha..
ha.. seperti makanan saja kan? Memang iya, emangnya buku cuma makanan kutu,kan
aku juga mau. Bedanya kita mengambil manfaat untuk mengenyangkan otak kita dengan
pengetahuan. Bukan membaca untuk mengisi perut yang keroncongan. Iya kan….?
Melanjutkan
penjelasan, sekarang masuk ke bagian tujuan filsafat. Dalam post sebelumnya,
sudah pernah aku tulis tentang sikap etis yang harus dijaga oleh seorang
ilmuwan. Bagi yang belum membaca silahkan mampir ke post "My Dairy On Campus" sebelumnya..hehehe..
Oke, kita lanjutkan. Sikap etis yang
tentunya harus dijunjung tinggi oleh para ilmuwan bertujuan untuk: Pertama, filsafat
ilmu sebagai sarana pengujia penalaran ilmiah, untuk mewujudkan sikap kritis
dengan kegiatan ilmiah. Maksudnya disini adalah ilmuwan harus kritis
dengan bidang ilmunya sendiri, untuk dapat menghindarkan dari sikap solipstik(menganggap pendapatnya yang
paling benar). Kedua, filsafat ilmu sebagai sarana refleksi, menguji,
mengkritik asumsi, dan metode keilmuwan. Karena yang terjadi, ilmuwan
cenderung menerapkan metode ilmiah tanpa memerhatikan struktur ilmu
pengetahuan. Yang terkadang membuat metode ilmiah menjadi hakikat ilmu
pengetahuan. Padahal sebaliknya, metode ilmiah hanyalah sarana untuk mendapat
ilmu pengetahuan tersebut. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode
keilmuwan. Seperti diketahui, setiap metode ilmiah yang digunakan
haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara
logis/rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum.
Melanjutkan
bagian selanjutnya, yang tidak lain dan tidak bukan… jeng..jeng.. jeng… "Implikasi Mempelajari Filsafat Ilmu".
Apa sih implikasi itu? Implikasi bisa dibilang konsekuensi atau akibat bisa
dampak, atau kamu punya pemahaman lain. Tapi harus berdasarkan kebenaran lo ya…
Nah, implikasi yang pertama seorang ilmuwan harus memiliki
pengetahuan dasar untuk dijadikan landasan berpijak yang kuat. Baik ilmu
kealaman maupun ilmu sosial. Keduanya bahkan bisa dikaitkan. Jadi, ilmu-ilmu
tersebut dapat berjalan harmonis dan beriringan. Selanjutnya, bermaksuduntuk
menyadarkan para ilmuwan agar tidak terjebak dalam pola pikir "Menara
Gading". Yaitu hanya berpikir murni keilmuwannya saja tanpa
mengaitkan kenyataan yang disekitarnya. Padahal aktivitas keilmuwan tidak bisa
lepas dari sosial atau kemasyarakatan.
Aku
selalu berusaha mengepost apa yang sudah ku praktekan. Meski ada beberapa yang
belum ku praktekan secara terus menerus. Menurutku hal itu bermanfaat jadi aku
post. Bukankah kita mempelajari ilmu pengetahuan agar dapat bermanfaat bagi
diri kita dan orang lain. Karena ilmu yang bermanfaat, pahalanya akan tetap
mengalir meski kita telah meninggal dunia nanti. Amin. Semoga aku bisa
mempraktekan semuanya dengan baik. Dan semoga kamu pun juga begitu ya… Aku
sudah punya sirineatau tanda
peringatan jika aku melakukan pelanggaran. Contohnya, ketika aku membaca lalu
memahami, kemudian menutup buku dan menulis dengan mengeksplor apapun yang bisa
diingat oleh otak. Tanganku gatal ingin membuka buku yang tergeletak
disampingku. Mataku melirik mencari celah kalau kalau lembaran buku itu tertiup
angin. Atau malah makin mujur jika langsung terbuka tepat pada bagiannya. Aku
tidak bisa melanggar kontrak. Hatiku yang memberikan sirine,dengan berat kepalaku menoleh kearah berlawanan
dengan tempatku meletakkan buku jendela ilmu itu. Walau terkadang aku pernah
melanggar perjanjian tanpa hitam diatas putih itu. Aduh, jadi semaunya sendiri
ya..
Ehm,
Ehm, Apa kamu menganggap bisa melakukan semua hal yang kamu inginkan? Berbicara
semaumu tanpa memikirkan perasaan orang lain. Atau melanggar aturan demi
mengagungkan yang disebut kebebasan. Tapi sebelumnya sudah dibahas pentingnya
sikap etis apalagi untuk para ilmuwan. Tentu saja tidak hanya para ilmuwan.
Semua orang juga harus melakukan sesuatu berdasarkan etika yang ada di
lingkungannya masing-masing. Aturan di buat agar dapat berjalan selaras.
Kebebasan bukan berarti melanggar peraturan. Memang kita tidak akan pernah tahu
apa yang kita lakukan sebelum mencobanya. Tapi peraturan dibuat untuk kebaikan.
Peraturan yang baik akan membuat yang diatur akan melakukannya dengan senang
hati. Karena tahu manfaat besar yang akan diterimanya setelah melaksanakan
peraturan. Tidak perlu langsung tapi sedikit demi sedikit. Kenapa tidak berubah
kalau berubah itu untuk hal yang baik, apalagi jika orang disekitarmu kena efek
radiasi perilaku dan pemikiran yang positif itu. Wah, senangnya tuh disini…
Menurut
saya, semua hal itu berubah. Siang akan berganti dengan malam ketika bulan
menggantikan tugas matahari menyinari alam ini. Jarum jam akan terus berputar
mengganti waktu dari detik ke menit, dari menit ke jam, begitu seterusnya.
Seperti aku yang juga akan terus berubah seiring dengan berjalannya waktu. Entah
apa yang orang pikir bahwa aku sudah tak seperti dulu. Yang jelas aku memang
sudah berubah tapi untuk yang lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak memungkiri
petuah bijak dari orang disekitarku membuatku semakin baik dan bijak dengan
cara introspeksi diri. Segala perubahan itu tidak semuanya baik. Kita makhluk
sempurna seperti yang telah dijelaskan dalam Al Qur'an, buku atau kitab agama.
Satu hal yang perlu dimengerti asalkan perubahan itu tidak melawan kodrat. Matahari
akan terbit dari timur jika melawan kodrat. Karena jika iaterbit dari barat itulah
yang disebut kiamat. Akhir dari segala yang ada di dunia. Ok. Sekian post aku.
Bye.. Bye..
***
وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ