Translate

Jumat, 23 Oktober 2015

My Dairy On Campus - Filsafat Ilmu - 5

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Jum'at 9 Oktober 2015. Bisa tebak pertemuan ke berapa untuk mata kuliah filsafat ilmu ku kali ini? Yaps, pertemuan ke lima. Meneruskan post aku sebelumnya di My Dairy On Campus – Filsafat Ilmu – 3 tentang landasan pengembangan ilmu pengetahuan.
Pembahasan diawali dengan pengertian filsafat ilmu. Salah satunya adalah pendapat yang dihimpun oleh The Liang Gie. Salah satu pendapat itu dari Cornelius Benjamin, iamengungkapkan bahwa filsafat ilmu adalah cabang pengetahuan filsafat yang mengemukakan tentang sifat dasar ilmu, metode-metode, konsep-konsep, praanggapan-praanggapan, dan letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan ilmu pengetahuan.
Ruang lingkup filsafat ilmu dari kesimpulan pendapat yang dihimpun oleh The Liang Gie antara lain: 1.) Sikap kritis sejarang perkembangan ilmu, 2.)Sifat dasar ilmu, 3.)Metode-metode, 4.) Konsep-konsep, 5.)praanggapan-praanggapan, 6.)Sikap etis pengembangan ilmu pengetahuan. Diantara faktor-faktor itu diambil 3 yaitu sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, metode ilmiah, dan sikap etis pengembangan ilmu pengetahuan.
Sedikit penjelasan, praanggapan-praanggapan disini bisa dicontohkan seperti ini, di masyarakat kita orang yang mengalami keracunan akan diberi air kelapa. Itu adalah pra-anggapan yang belum terbukti keilmiahannya tapi dilakukan.
Dalam belajar filsafat ilmu baiknya jugadapat mengaplikasikan dalam kehidupan kita setelah mempelajarinya. Meskipun filsafat lebih banyak teori namun juga terdapat sisi praktisnya. Contohnya, saat kamu ingin belok ke kiri di perempatan dengan traffic light. Di kiri jalan dengan jelas tertulis "Belok kiri mengikuti isyarat lampu". Lalu ada pengendara jalan lain di depan kamu yang berniat sama dan langsung saja berbelok ke kiri padahal traffic lightsedang berwarna merah. Di sini jika kamu menganalisisnya apa yang kamu lakukan? Belok ke kiri seperti halnya pengendara itu yang berarti melanggar peraturan lalu lintas, atau berhenti dan menunggu traffic lightberubah jadi berwarna hijau? Dengan pengetahuan filsafat yang kamu punya tentunya kamu tidak akan belok sebelum traffic lightberwarna hijau.
Selanjutnya, topic yang nggak pernah ketinggalan di setiap post aku. Tentang membaca. Membaca itu asik nggak sih? Atau berasa cupu dan jadi kutu buku kalau banyak baca? Jangan merasa tersindir dulu. Karena semua hal itu butuh proses. Dari sekedar mengisi waktu luang, lalu menjadi lebih tertarik lagi. Dan akhirnya menjadi kebiasaan terus bisa di tulis deh di kolom hobi. Ciee, yang hobi baca. Tapi, Eitts..tunggu dulu nih. Memangnya banyak baca buku gitu ada yang nyantol nggak. Kalau nggak berarti kamu belum sukses menaklukkan buku. Wiiih..bahasanya.. "menaklukkan"!
Yaps, saat kamu membaca, kamu juga harus mencermati. Karena saat membaca dengan mencermati teks itulah kita dapat tahulatar belakang penulis. Hal yang paling mudah mengetahui buku itu berkualitas atau tidak bisa di lihat dari penulisnya. Misalnya,jika buku psikologi maka ditulis oleh seorang dengan latar belakang psikologi. Jadi, buku psikologi yang ditulis oleh seorang dengan backgroundpsikologi dengan yang bukan, akan lebih berkualitas yang di ditulis oleh seorang dengan backgroundpsikologi.
Selain itu maksud mencermati adalah membaca dengan mengkritisi apa yang dibaca. Yaitu tidak menerima mentah-mentah apa yang telah dibaca. Dan level seseorang dalam mengkritisi sebuah teks itu antara lain:
-         Pengetahuan : Seseorang hanya mendapat informasi dari teks tetapi belum mengerti apa maksudnya. Yang seperti ini belum dikategorikan kritis.
-         Pemahaman : Kalau seseorang sudah membaca kemudian memahami maksud dari apa yang dibaca maka ia telah naik ke level ini.
-         Penerapan : Setelah membaca dan memahami kemudian diterapkan.
-         Analisis : Yaitu melihat bagaimana penerapan itu. Apakah cocok misalnya dengan lingkungannya atau tidak.
-         Sintesis : Coba di hubungkan atau diperbandingkan antara cara satu buku dengan buku lain. Yang mana yang paling sesuai dengan konteks.
-         Evaluasi : Kemudian di cari kelebihan dan kekurangan dari metode atau cara yang diterapkan cocok atau tidak. Kalaupun akhirnya dipilih salah satu atau tidak sama sekali karena kurang sesuai, baiklah tidak apa-apa. Toh, ada manfaat lain yang bisa didapatkan.
Sebenarnya kita tidak perlu membatasi dalam membaca bukukecuali tentang akidah. Dan ingat harus kritis. Tanpa sikap kritis akan membuat orang menjadi dogmatis (tidak meneriman pendapat yang berbeda dengan dirinya). Hal itu akan menjadi sikap yang solipstik. Misalnya kita membaca buku yang bertolak belakang dengan agama atau keyakinan. Mengapa tidak kita membaca, itu juga ilmukan. Okelah, membaca ilmu seperti itu, tapi akidah tetap dengan apa yang diyakini, aturan tetap apa yang diperintahkan. Jadi, tidak melanggar baik aqidah atau perintah agama yang diyakini.Akhirnya dari pernyataan yang diberikan pak Na'im itulah saya juga berkaca dari buku apa saja yang telah saya baca. Bersikap kritis itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Buku yang ku baca belum terlalu banyak. Itu juga yang membuatku kesulitan untuk dapat memperbandingkan antara buku satu dengan yang lain.Karena mengkritisi itu juga harus berlandaskan ilmu.
Tapi, taukah kamu manusia itu berproses. Sama kayak aku, Insyaallah prosesnya baik biar hasilnya berkualitas. Amin. Dan jika aku memulainya dari sekarang mungkin saja manfaatnya baru dirasakan entah kapan. Untuk kali ini aku juga masih terus mencoba membaca buku ilmiah, karya fiksi hanya sebagai hiburanku di waktu luang. Rasanya tidak enak, namun mengenyangkan dan sehat tentunya. Ha..ha.. ha.. seperti makanan saja kan? Memang iya, emangnya buku cuma makanan kutu,kan aku juga mau. Bedanya kita mengambil manfaat untuk mengenyangkan otak kita dengan pengetahuan. Bukan membaca untuk mengisi perut yang keroncongan. Iya kan….?
Melanjutkan penjelasan, sekarang masuk ke bagian tujuan filsafat. Dalam post sebelumnya, sudah pernah aku tulis tentang sikap etis yang harus dijaga oleh seorang ilmuwan. Bagi yang belum membaca silahkan mampir ke post "My Dairy On Campus" sebelumnya..hehehe.. Oke, kita lanjutkan. Sikap etis yang tentunya harus dijunjung tinggi oleh para ilmuwan bertujuan untuk: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujia penalaran ilmiah, untuk mewujudkan sikap kritis dengan kegiatan ilmiah. Maksudnya disini adalah ilmuwan harus kritis dengan bidang ilmunya sendiri, untuk dapat menghindarkan dari sikap solipstik(menganggap pendapatnya yang paling benar). Kedua, filsafat ilmu sebagai sarana refleksi, menguji, mengkritik asumsi, dan metode keilmuwan. Karena yang terjadi, ilmuwan cenderung menerapkan metode ilmiah tanpa memerhatikan struktur ilmu pengetahuan. Yang terkadang membuat metode ilmiah menjadi hakikat ilmu pengetahuan. Padahal sebaliknya, metode ilmiah hanyalah sarana untuk mendapat ilmu pengetahuan tersebut. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuwan. Seperti diketahui, setiap metode ilmiah yang digunakan haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara logis/rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum.
Melanjutkan bagian selanjutnya, yang tidak lain dan tidak bukan… jeng..jeng.. jeng… "Implikasi Mempelajari Filsafat Ilmu". Apa sih implikasi itu? Implikasi bisa dibilang konsekuensi atau akibat bisa dampak, atau kamu punya pemahaman lain. Tapi harus berdasarkan kebenaran lo ya… Nah, implikasi yang pertama seorang ilmuwan harus memiliki pengetahuan dasar untuk dijadikan landasan berpijak yang kuat. Baik ilmu kealaman maupun ilmu sosial. Keduanya bahkan bisa dikaitkan. Jadi, ilmu-ilmu tersebut dapat berjalan harmonis dan beriringan. Selanjutnya,  bermaksuduntuk menyadarkan para ilmuwan agar tidak terjebak dalam pola pikir "Menara Gading". Yaitu hanya berpikir murni keilmuwannya saja tanpa mengaitkan kenyataan yang disekitarnya. Padahal aktivitas keilmuwan tidak bisa lepas dari sosial atau kemasyarakatan.
Aku selalu berusaha mengepost apa yang sudah ku praktekan. Meski ada beberapa yang belum ku praktekan secara terus menerus. Menurutku hal itu bermanfaat jadi aku post. Bukankah kita mempelajari ilmu pengetahuan agar dapat bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Karena ilmu yang bermanfaat, pahalanya akan tetap mengalir meski kita telah meninggal dunia nanti. Amin. Semoga aku bisa mempraktekan semuanya dengan baik. Dan semoga kamu pun juga begitu ya… Aku sudah punya sirineatau tanda peringatan jika aku melakukan pelanggaran. Contohnya, ketika aku membaca lalu memahami, kemudian menutup buku dan menulis dengan mengeksplor apapun yang bisa diingat oleh otak. Tanganku gatal ingin membuka buku yang tergeletak disampingku. Mataku melirik mencari celah kalau kalau lembaran buku itu tertiup angin. Atau malah makin mujur jika langsung terbuka tepat pada bagiannya. Aku tidak bisa melanggar kontrak. Hatiku yang memberikan sirine,dengan berat kepalaku menoleh kearah berlawanan dengan tempatku meletakkan buku jendela ilmu itu. Walau terkadang aku pernah melanggar perjanjian tanpa hitam diatas putih itu. Aduh, jadi semaunya sendiri ya..
Ehm, Ehm, Apa kamu menganggap bisa melakukan semua hal yang kamu inginkan? Berbicara semaumu tanpa memikirkan perasaan orang lain. Atau melanggar aturan demi mengagungkan yang disebut kebebasan. Tapi sebelumnya sudah dibahas pentingnya sikap etis apalagi untuk para ilmuwan. Tentu saja tidak hanya para ilmuwan. Semua orang juga harus melakukan sesuatu berdasarkan etika yang ada di lingkungannya masing-masing. Aturan di buat agar dapat berjalan selaras. Kebebasan bukan berarti melanggar peraturan. Memang kita tidak akan pernah tahu apa yang kita lakukan sebelum mencobanya. Tapi peraturan dibuat untuk kebaikan. Peraturan yang baik akan membuat yang diatur akan melakukannya dengan senang hati. Karena tahu manfaat besar yang akan diterimanya setelah melaksanakan peraturan. Tidak perlu langsung tapi sedikit demi sedikit. Kenapa tidak berubah kalau berubah itu untuk hal yang baik, apalagi jika orang disekitarmu kena efek radiasi perilaku dan pemikiran yang positif itu. Wah, senangnya tuh disini…
Menurut saya, semua hal itu berubah. Siang akan berganti dengan malam ketika bulan menggantikan tugas matahari menyinari alam ini. Jarum jam akan terus berputar mengganti waktu dari detik ke menit, dari menit ke jam, begitu seterusnya. Seperti aku yang juga akan terus berubah seiring dengan berjalannya waktu. Entah apa yang orang pikir bahwa aku sudah tak seperti dulu. Yang jelas aku memang sudah berubah tapi untuk yang lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak memungkiri petuah bijak dari orang disekitarku membuatku semakin baik dan bijak dengan cara introspeksi diri. Segala perubahan itu tidak semuanya baik. Kita makhluk sempurna seperti yang telah dijelaskan dalam Al Qur'an, buku atau kitab agama. Satu hal yang perlu dimengerti asalkan perubahan itu tidak melawan kodrat. Matahari akan terbit dari timur jika melawan kodrat. Karena jika iaterbit dari barat itulah yang disebut kiamat. Akhir dari segala yang ada di dunia. Ok. Sekian post aku. Bye.. Bye..
***
Lets Read and Make Your Future

وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar