السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jum'at, 1 Oktober 2015. Hari jum'at
pertama bulan Oktober menjadi pertemuan keempat mata kuliah filsafat ilmu. Hari
ini berjalan sesuai waktu yang ditentukan, pukul 10.20 WIB. Tidak seperti
pertemuan sebelumnya hari ini tidak diawali dengan mempresentasikan hasil
resume oleh mahasiswa. Melainkan penjelasan singkat dari Pak Na'im mengenai Induksi dan Deduksi.
Aku memperhatikan dengan seksama. Kurang lebih seperti ini…
Induksi
yaitu mengambil kasus kusus kemudian membuat simpulan umum.
Pengertian ini dicontohkan begini,,
Kasus
Khusus
: Andi membeli buah Jeruk di daerah A. Ia membeli pada pedagang yang berjualan
dipinggir jalan. Di atas keranjang jeruk terpajang tulisan 3000 rupiah.
Akhirnya Andi membeli 1 kg Jeruk. Andi terkejut karena harganya ternyata 10000
rupiah. Ia meminta penjelasan pedagang. Pedagang itu menjawab, harga 3000
rupiah untuk jeruk yang kecil-kecil di keranjang bagian bawah. Kalau yang atas
besar-besar jadi harganya 5000 rupiah per kg. Andi mengulang kembali pada
pedagang jeruk di beberapa daerah berbeda. Dan ternyata cara berdagangnya sama.
Simpulan
Umum
: Dari situ Andi menyimpulkan bahwa semua pedagang jeruk berdagang dengan cara
yang sama.
Deduksi
yaitu mengambil simpulan umum dari kasus yang kusus.
Contohnya,
Kasus
Khusus
: (Maaf) "Banyak orang yang memandang orang yang tinggal di pesantren itu
kurang menjaga kebersihan." Suatu
saat dokter A sedang memeriksa 6 pasien remaja. Pemeriksaan menunjukkan mereka
terkena tifus. Dokter menanyakan darimana saja mereka tinggal. Ke enam remaja
itu ternyata tinggal di pesantren.
Simpulan
Umum
: Jadi, dari kasus tersebut dokter menyimpulkan bahwa anak yang tinggal di
pesantren kurang menjaga kebersihan.
Sebelumnya
aku sedikit terkejut. Kenapa pak Na'im menjelaskan tentang induksi dan deduksi.
Akhirnya pertanyaan ini terjawab saat aku membuka buku filsafat Ilmu. Metode induksi dipakai Francis Bacon pada abad ke-19.
Filsafat ilmu lahir karena adanya kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi) yang pesat. Sayangnya, pesatnya IPTEK tidak sejalan dengan landasan
Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Para filsuf memandang hal ini sebagai
ancaman. Filsafat ilmu menginginkan IPTEK kembali ke tujuannya untuk
kebahagiaan umat manusia.
Kemudian dari
penjelasan itu barulah di minta salah seorang mahasiswa mempresentasikan hasil
resumannya. Dapat disimpulkan materi hari itu begini..
Objek
Filsafat Ilmu ada dua yaitu Objek
material yang pokok bahasannya adalah ilmu pengetahuan itu sendiri dan Objek formal dengan pokok bahasannya yaitu hakikat
ilmu pengetahuan atau dasar-dasar ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, landasan pengembangan ilmu
pengetahuan itu ada tiga. Yakni..
-
Ontologis -> Apa? -> Realitas
-
Epistemologis -> Bagaimana? -> Metodologi
-
Aksiologis -> Mengapa/Untuk Apa? -> Tujuan/Nilai
Keterangannya:
Landasan
Ontologis ilmu pengetahuan yaitu titik tolak untuk menelaah
ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang
dimiliki ilmuwan. Sikap dan pendirian yang dimaksudkan disini adalah Materialisme dan
Spiritualisme.
Pengertian materialisme yakni
pandangan metafisik bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Bahkan
pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi. Yang dapat dikembalikan
pada unsur-unsur fisik. Jadi hakikat benda disini adalah materi. Sifatnya,
berupa benda fisik yang dapat dilihat, diraba, dan sebagainya. Pengembangan
Ilmu dari sikap dan pendirian materialis cenderung pada ilmu kealaman (biologi,
fisika, dsb.) dan menganggap ilmunya sebagai induk bidang ilmu lain. Dalam perkembangan ilmu modern disuarakan oleh
positivisme. Misalnya, benda terkecil menurut mereka adalah atom.
Sementara, spiritualisme yaitu pandangan metafisik yang
cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah
untuk pengembangan ilmu lain. Sifatnya, bisa roh atau hal yang tak dapat
diukur. Bisa di contohkan dengan mengukur khusu'nya salat.
Pandangan metafisik sendiri memiliki pengertian, meta : beyond
yang berarti melampaui. Metafisika yaitu cabang filsafat yang membahas
persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi. Jadi, dapat disimpulkan landasan ontologis sangat
tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Bagi yang materi berarti terarah pada ilmu empiris. Dan untuk spiritual
terarah pada ilmu humaniora (sosial).
Berlanjut ke
landasan pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.
Landasan Epistemologis adalah titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan
yang didasarkan pada cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Yang
dimaksud adalah metode ilmiah. Metode ilmiah di bedakan menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama yaitu siklus empirik untuk ilmu kealaman dengan urutan yang
pertama Observasi lalu Induksi, Eksperimen, Verifikasi (pengajian ulang
hipotesis), kemudian teori. Kelompok satu lagi dengan metode linier untuk ilmu
humaniora yaitu persepsi, pengertian, dan prediksi masa depan.
Yang terakhir,
landasan Aksiologi yang memiliki pengertian
sikap etis yang harus dikembangkan ilmuwan terutama untuk kebenaran
(nilai-nilai yang diyakini). Jadi, ilmu pengetahuan yang dikembangkan itu harus
berdasar juga pada ideologi, keyakinan, dan nilai-nilai masyarakat tempat ilmu
itu dikembangkan.
Untuk post
kali ini agak baku ya bahasanya. Gimana nggak. Ini adalah hasil resuman dari buku
filsafat ilmu, tentunya juga menggabungkannya dengan sederet catatan penting
dari setiap penjelasan gamblang pak Na'im. Tapi, apa mau dikata. Kala itu
mataku seperti di olesi lem. Tempat dudukku yang berdekatan dengan jendela membuat
angin masuk semilir ke dalam. Mengayunkan bulu-bulu mataku ke atas dan ke
bawah. Berkali-kali aku mengucek mata yang mulai pedih dan buram. Aku hanya
bisa pasrah. Suasana kian mendukung karena sunyi senyap. Agak terobati dengan
sedikit guyonan dari pak Na'im. Tanganku gantian ikut lemas. Menulis apa yang
ku dengar saja seperti ditindih beban berat. Akhirnya hanya sedikit penjelasan
saja yang dapat ku tulis. Padahal ada banyak yang bisa di abadikan. Masih
beruntung kali ini aku tetap terjaga dan tidak sering menguap yang terkadang
membuatku berlinang air mata. Sudahlah, memang begitu. Tapi akhirnya setelah
berhasil meresume kemudian membaca kembali tulisan yang tidak seberapa itu
otakku dapat lancar memahaminya. Alhamdulillah.
Oh, ya. Ada
pertanyaan singkat yang menggelitik kamu. Nggak perlu di jawab keras-keras.
Ssssttt… di hati aja. Apa kamu seorang yang malas untuk menulis? Atau kamu
salah satu dari seorang yang tidak bisa menangkap pelajaran dengan baik? Tenang
saja tidak hanya kamu yang merasakan hal itu. Aku juga mengalaminya. Setiap
penjelasan dalam pelaksanaan mata kuliah aku harus jeli. Menyimak dengan
seksama, mengolahnya di otak kemudian menulisnya. Baiknya memang aku menulis.
Bukan karena aku pintar dan mengetahui banyak hal. Tapi sebaliknya, aku menulis untuk mengetahui sesuatu. Aku
mengumpamakan dengan ini… "Otakku mungkin lemah dalam daya ingat. Banyak
hal bahagia dan sedih hilang begitu saja karena lupa. Aku beruntung mempunyai
foto dan tulisan untuk menyimpan memori itu. Tapi sayang aku juga tak
melakukannya. Akhirnya kenangan itu hilang begitu saja." Aku punya motto
dalam hal menulis. Aku menulis apapun itu. Tidak
peduli berguna atau tidak nantinya yang penting menulis. Tunggu..
Tunggu.. Memangnya ada tulisan yang tidak berguna?.. Baiklah cukup sampai disini
saja tulisan aku kali ini. Mohon dimaafkan jika kurang dimengerti. Semoga aku
dapat memperbaikinya dan terus melakukan perubahan yang baik. Ok. Bye.. Bye..
***
Lets Read and Make Your Future
وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar