Translate

Kamis, 08 Oktober 2015

My Dairy On Campus - Filsafat Ilmu - 3

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Jum'at, 25 September 2015. Pertemuan ketiga mata kuliah filsafat ilmu. Hari ini jam perkuliahan dilangsungkan lebih awal. Jadwal untuk mata kuliah psikologi perkembangan pada jam ke dua kosong. Kemudian diisi dengan perkuliahan selanjutnya yaitu filsafat ilmu.
Seperti biasanya, perkuliahan dimulai dengan membaca basmallah. Kemudian suasana menjadi hening saat pak Na'im meminta salah seorang mahasiswa untuk mulai presentasi. Teman-teman mahasiswa ku yang lain komat-kamit membaca buku yang dipegangnya. Apalagi jika bukan untuk mempelajari materi yang akan dipresentasikan. Pak Na'im mempersilahkan siapa saja dari kami untuk presentasi. Namun, suasana demokratis berganti menjadi otoriter saat tak ada satupun mahasiswa yang maju untuk presentasi. Dari barisan nama pada daftar hadir dipanggilah satu nama mahasiswa di kelasku.
Pembahasan pertama mempresentasikan tentang prinsip-prinsip berfilsafat. Temanku itu maju membawa buku tulis yang berisi hasil resumannya beserta buku filsafat ilmu. Ia duduk dan menata sikapnya. Menurutku ia terlihat nervous tapi entahlah. Ia mengawali presentasi dengan belum begitu baik. Namun bahasa yang ia gunakan telah sejalan dengan harapan. "Presentasikan dengan bahasa kalian sendiri" begitu kata pak Na'im.
Apa yang beliau utarakan ini bukan tanpa maksud. Seperti biasanya, setelah salah seorang mahasiswa mengawali presentasi. Beliau memberikan penjelasan singkat terkait pentingnya membaca dan menulis. Dari penjelasan itu aku dapat menarik kesimpulan yang kurang lebih seperti ini:
Orang membaca tidak hanya sebatas merangkai abjad dalam deretan kalimat pada sebuah buku. Tetapi juga dalam membaca seseorang harus paham dengan apa yang dibaca. Oleh karena itu, kamu bisa memakai tahap ini untuk bisa memahami apa yang kamu baca. Dengan begitu kamu mendapat poin plus, plus, plus.
Nah, tahap yang pertama tentunya kamu harus membaca. Jangan membatasi diri kamu dalam membaca ya… Seperti yang tertulis dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Kita dapat meneladani salah satu sifat dari Ibu kita Kartini. Beliau membaca banyak buku, jika belum mengerti apa maksudnya beliau akan mengulanginya sampai ketiga atau kesekian kali hingga paham. Baiklah, tahap selanjutnya yaitu mencari ide pokok (Find Main Idea). Seperti sebelumnya yang sudah saya tuliskan. Cari kata kuncinya. Itu akan memudahkan kamu menghafal dan mengingatnya. Selanjutnya eksplorlah ide pokok itu dengan dengan menggali dan mengembangkan ide pokok memakai bahasa kamu sendiri. Setelah membaca, mengetahui ide pokok, lalu tutup buku kamu. Dengan membaca kamu telah mempelajari banyak kosakata. Kini saatnya kamu mengembangkan kosakata dengan bahasa kamu sendiri. Bahasa yang kamu gunakan tidak melulu sama persis dengan buku yang kamu baca. Awalnya pasti sulit. Karena itu kamu bisa melatihnya. So, lakukanlah! Jika kamu merasa kesempatan untuk mengeksplor bahasa kamu dengan lisan belum terwadahi, bisa dilakukan dengan menulis. Kesempatan itu mahal harganya. Nah, kamu bisa melatihnya mulai dari forum-forum kecil. Misalnya, jika kamu seorang pelajar atau mahasiswa yang mendapat tugas untuk mempresentasikan makalah. Yaps, ini adalah kesempatan baik buat kamu untuk belajar.
Presentasi setelahnya hingga akhir dilakukan dengan demokratis. Itu juga karena keberanian teman-teman mahasiswa untuk bisa mengeksplor dirinya. Seperti temanku yang tak bisa kusebutkan namanya ini. Presentasinya baik. Tetapi saat ia presentasi, kemudian kembali duduk di tempatnya semula ia bilang, "apa yang ada dalam pikirannya tidak sesuai dengan apa yang lisannya utarakan." Lucu memang tapi pak Na'im menceritakan pengalaman dirinya. Hal ini biasa terjadi. Itulah kenapa kesempatan itu penting. Semakin dia punya banyak kesempatan untuk bisa berbicara sistematis didepan banyak orang. Maka tidak menutup kemungkinan ia bisa presentasi lebih baik dari hari ini.
Selanjutnya bagi kami mahasiswi. Majulah teman mahasiswiku yang imut-imut. Ia mempresentasikan resumannya. Dan mengeksplor apa yang telah ia pelajari dari buku. Presentasinya singkat yang kemudian dilanjutkan dengan mahasiswi kedua. Aku memanggilnya dengan mbak. Ia presentasi dengan jelas dan panjang lebar. Salah satu prinsip berfilsafat dihubungkannya dengan ilmu biologi yang dipahaminya. Semua mahasiswa yang telah berani maju kedepan kelas diapresiasi. Semua mahasiswa yang lain memberi applause begitu juga pak Na'im.
Bagaimana mau mencobanya? Nggak perlu langsung di forum besar kok, yang lokal aja dulu. Atau kamu hanya ingin tapi kaki kamu nggak kuat melangkah. Ehm, atau mungkin banyak membayangkan kemungkinan terburuk di depan kelas saat presentasi. Poin pentingnya, ketika kamu ingin belajar suatu ilmu maka yang pertama kali harus kamu lakukan adalah berasumsi positif. Dengan begitu kamu akan melakukan kegiatan itu dengan senang hati. Yang akhirnya membuat kamu menikmati kegiatan itu. Ini menjadi awal dari pembahasan prinsip-prinsip filsafat dari pak Na'im. Kurang lebih seperti ini:
            Realitas. Konsep ini dikemukakan oleh Plato dan muridnya Aristoteles. Meski begitu mereka memiliki pemahaman sendiri-sendiri. Menurut Plato realitas ada didalam ide. Seperti bolpoin. Kamu tidak akan apa itu spidol sebelum diberitahu bahwa ini bolpoin. Karena itulah disebut idealis. Yaitu orang yang kehidupannya mengejar ide. Selanjutnya menurut Aristoteles, realitas adalah apa yang bisa kita lihat. Tidak perlu dilukiskan seperti apa itu bolpoin. Yang terpenting adalah wujudnya. Yang disebut materialis.
            Pembahasan masuk ke prinsip-prinsip dalam berfilsafat. Menurut Aristoteles filsafat dimulai dari thauma yaitu rasa kagum. Orang yang kagum biasanya tidak dapat menilai krtitis apa yang dia sukai. Dia hanya bisa melihat sisi baik tanpa mempertimbangkan sisi buruknya. Kemudian yang disebut filsafat disini haruslah diteruskan ke level aporia. Yaitu masalah yang sulit dicarikan jalan keluarnya. Maksudnya disini adalah jika thauma itu menjadi hal yang tidak lagi objektif, melihat sebuah benda tidak berdasarkan fungsi dan lain sebagainya. Maka ini menjadi masalah yang sulit dicarikan jalan keluarnya. Karena apa? Seseorang yang kagum kadang tidak bisa menjelaskan mengapa ia bisa kagum. Kekaguman orang yang sulit dikendalikan juga menjadi masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya.
            Selanjutnya prinsip-prinsip filsafat itu ada lima. Pertama, meniadakan kecongkakan. Seorang yang berfilsafat haruslah meniadakan kecongkakan. Hal itu akan melahirkan sikap solipsisme yaitu merasa bahwa dirinya benar sendiri. Ini akan menjadi masalah saat berdiskusi dengan yang lain. Maka turunkanlah ego untuk mendapat kebenaran.
Kedua, kesetiaan pada kebenaran. Dalam berfilsafat memang harus menurunkan ego. Ia juga harus mempertahankan pernyataan yang ia pegang. Jangan karena yang lain merasa tidak benar ikut-ikutan. Disini ego juga harus sedikit direndahkan karena sekali lagi utamakan kebenaran.
            Ketiga, mencari persoalan-persoalan filsafati dan mencarikan jawabannya. Jadi, carilah persoalan filsafat yang ada disekitar kita dulu. Setiap orang pasti memiliki masalah. Nah, jika sudah mencari masalah kemudian dipecahkan. Ini disebut latihan intelektual.
            Keempat, mempelajari filsafat dari waktu ke waktu. Belajar fisafat haruslah dengan tidak sekali waktu saja. Latihan intelektual dilakukan secara rutin untuk mengasah kemampuan memecahkan masalah.
            Yang terakhir, sikap terbukaan. Jangan menutup diri dari ilmu lain. Namun, jangan lupa latar belakang ilmu kamu. Misalnya, saya terbuka dengan hal baru, tapi saya tidak melupakan background saya sebagai mahasiswa tasawuf psikoterapi.
            Bagiamana? Sudah lima prinsip filsafat yang bisa dipelajari kali ini. tidak ada yang sulit kan. Sebenarnya setiap kegiatan apapun itu mudah termasuk belajar. Yang membuat kita sulit memulainya adalah asumsi negatif yang merasuki setiap sendi. Membuat kita menjadi lemah dan tak berdaya. Padahal, asumsi negatif itu jugalah yang membuat kita menjadi berat melangkah yang akhirnya jadi jalan ditempat. Jadi, sebelum memulai belajar apapun itu buat asumsi positif. Lalu kerjakan dan nikmati. Hasilnya memang ada jauh didepan bahkan sampai tak terjangkau oleh penglihatan. Tapi proses itu menjadi latihan kedewasaan. Dan menikmati seluruh proses itu membuat kita tidak sadar ternyata hasil yang didambakan telah ada di genggaman tangan. Sekian dulu Dairy On Campus tentang prinsip-prinsip berfilsafat. Bye, Bye, ..
***
Lets Read and Make Your Future


وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar