السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jum'at,
23 Oktober 2015. Telah sampailah pada pertemuan fisafat ilmu yang ke 6. Dan aku
telat nulis plus telat nge-post. Jangan pernah ditiru yah! Telat nge-post
okelah, tapi kalau sampai telat nulis jangan sampai. Untuk kamu yang baru memasuki
dunia tulis menulis dan melewatkan jadwal menulis kamu, ini bisa fatal. Karena akan menggoyahkan kebiasaan menulis
kamu yang sudah mulai terlatih. Jadi, sesedikit apapun yang kamu tulis itu akan
berpengaruh pada kebiasaan nulis kamu.
By
the way, pembahasan yang sebenarnya sudah lama aku siapkan ini tentang
"Sejarah dan Peranan Pemikiran Filsafat Barat dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan". Nah, langsung saja ke pembahasannya. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang pesat tidak lepas dari pengaruh Filsafat Barat. Pada awal perkembangannya di masa Yunani Kuno, semua
hasil pemikiran manusia saat itu disebut filsafat termasuk ilmu pengetahuan.
Lalu pada abad pertengahan, filsafat identik
dengan agama (dogma gereja). Jadi, apa yang dikatakan oleh agama itu benar dan kalau
membantah atau tidak sepaham akan di akuisisi hingga di hukum mati. Gereja itu
seperti lembaga yang mengatur kehidupan dunia dan akhirat, dimana aturan apapun
itu dan siapapun itu harus tunduk tak terkecuali seorang kaisar. Di abad ini
filsafat menyatu dengan agama. Selanjutnya kemunculan Rennaisance
(abad ke-15) dan Aufklaerung (abad ke-18)
membawa perubahan pada filsafat. Karena, filsafat terpisah dengan dogma gereja.
Kemudian di zaman modern, filsafat tetap
sekuler lalu terpecah menjadi beberapa cabang. Yang pada abad ke-20 terpecah lagi dalam berbagai
spesialisasi dan sub-spesialisasi. Semakin dewasa zaman maka ilmu pengetahuan
pun akan semakin terspesialisasi. Misalnya saja dalam ilmu kedokteran. Semakin
ditarik ke masa sekarang semakin banyak spesialisasi dari mulai dokter penyakit
dalam terspesialisasi menjadi dokter jantung, paru-paru, hingga saraf dan lain
sebagainya.
IPTEK
yang dikembangkan bangsa barat telah menyentuh setiap aspek kehidupan. Tujuan awal IPTEK adalah memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya. Dan pada abad ke-20 menjelang abad ke-21 IPTEK tidak
lagi sebatas memberikan rasa nyaman dan mudah tapi telah "menguasai" aspek kehidupan manusia.
Dampak positifnya, perkembangan teknologi yang tidak pernah lepas dari kantong
saku. Smartphone. Waktu ku kecil, masih
merasakan bertelepon ria dengan wartel. Kemudian dengan perkembangan teknologi
mulailah ada handphone tapi pada waktu itu masih sebatas bertelepon dan sms.
Sekarang ini siapa yang tidak tahu dengan smartphone, hanya dalam satu
genggaman saja semua hal bisa dilakukan. mulai dari bertelepon yang dulunya
masih via suara sekarang via face to face aja bisa. Mau berfoto dengan efek
cantik hingga jadul semuanya bisa, padahal dulu harus pakai Kodak. Tapi ingat
teknologi itu juga seperti pisau bermata dua. Orang bisa menjadi hacker lewat
smarphone, itu jelas merugikan orang lain. Melakukan penipuan via sms. Ada
banyak orang dipenjara karena memberi komentar terlalu pedas di internet. Lalu
coba tanya pada dirimu sendiri bagaimana hidup tanpa smartphone yang selalu
menemanimu dikala senang maupun sedih. Dimana ia selalu menjadi teman dimanapun
dan kapanpun. Tempat bertanya dan berkeluh kesah. What! Udah kayak malaikat aja
tuh smartphone. Sebenarnya itu tergantung penggunanya kok. Hal inilah yang
mengakibatkan krisis kemanusiaan. Inget ya.. IPTEK
bertujuan untuk kenyamanan dan kemudahan kita yang menggunakan bukan kita yang
digunakan.
Berbagai
krisis kemanusiaan yang ditimbulkan IPTEK umumnya di dorong oleh pemecahan
masalah kemanusiaan yang sektoral. Para ilmuwan menganggap pemecahan masalah
hanya membutuhkan satu disiplin ilmu saja dan menganggap disiplin ilmu atau
metode ilmiah lain yang tidak sama dengan landasan disiplin ilmunya berarti
tidak berbobot. Yaps, sudah saatnya meninggalkan pemikiran yang sempit seperti
itu dan saatnya untuk lebih terbuka dengan disiplin ilmu yang lain. Dengan
mempelajari perkembangan filsafat yang dalam hal ini adalah filsafat barat. Dengan begitu kita bisa mengambil segi
positif yang harus di tiru dan meninggalkan segi negatifnya.
Pemikiran
barat yang dijiwai oleh Rennaisance dan Aufklaerung adalah tradisi yang telah
menjadi paradigma bagi perkembangan budaya barat. Yang tentunya berimplikasi
sangat luas dan mendalam bagi segala aspek kehidupan.
Perkembangan
filsafat barat dibagi menjadi empat periodisasi. Pertama, Yunani Kuno yang bercirikan kosmosentris (asal usul jagad raya dan alam
semesta). Kedua, Abad pertengahan yaitu
Teosentris (filsafat digunakan untuk memperkuat
dogma-dogma gereja). Yang ketiga, Abad
modern bercirikan Antroposentris
(filsafat yang berpusat pada manusia). Dan terakhir, keempat, abad modern dengan Logosentrisme
(teks menjadi tema sentral diskusi para filosof).
Semua
uraian diatas itu masih pemanasan loh! Sekaligus biar kamu, kamu, lebih mudah
untuk bisa masuk ke tahap selanjutnya. Memangnya tahap selanjutnya apa sih? Nggak
jauh-jauh dari sebelumnya kita bahas, hanya yang ini lebih jelas dan
signifikan. Mari kita mulai dengan…
"Perkembangan
Pemikiran Filsafat Barat pada Zaman Yunani Kuno
(Abad 6 SM – 6 M)". Lahir pada abad 6 SM (sebelum masehi) ditandai
dengan runtuhnya kepercayaan pada mite-mite dan
dongeng-dongeng dimana waktu itu digunakan manusia mencari keterangan tentang
asal usul alam semesta dan kejadian didalamnya. Ada dua bentuk mite yang
berkembang pada waktu itu yaitu mite kosmogonis
(mencari asal usul alam semesta) dan mite
kosmologis (mencari asal usul dan sifat alam semesta). Yang kemudian
berakhir pada abad 6 SM, setelah itu orang mulai mencari jawaban yang rasional
daripada irasional (mite). Ciri yang menonjol pada abad ini adalah pengamatan terhadap gejala kosmik dan fisik yang
merupakan usaha untuk menemukan awal dari suatu gejala.
Thales menyimpulkan asal
mula (arche) dari segala sesautu adalah air.
Sedangkan Anaximender menyimpulkan arche
dari segala sesuatu itu tidak terbatas. Lalu
Anaximendes mengatakan bahwa arche
segala sesuatu adalah udara. Menurut Phytagoras arche segala sesuatu adalah bilangan. Tokoh yang penting lainnya yaitu
Herakleitos dan Parmenides. Menurut Heraklitos "realitas
itu berubah". Sebaliknya menurut Parmenides "realitas itu tetap", arti penting tentang gagasannya
adalah tentang "ada", ia juga adalah orang pertama yang mempraktekan
cabang filsafat yang kemudian disebut sebagai metafisika.
Tokoh
selanjutnya, Demokritos yang menegaskan
bahwa realitas itu terdiri dari banyak unsur yang disebut sebagai atom. Tidak memiliki kualitas dan jumlahnya tak
terhingga. Saat tahap rasional dimulai seorang tokoh yang selalu diperbincangkan
oleh sejarah, Socrates. Ia tidak menerapkan
teori, melainkan langsung menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat
Socrates disebut juga dialektika (Yunani: dialegesthai)
atau bercakap-cakap, berdialog dan wawancara
mempunyai peranan inti dalam filsafatnya. Socrates sendiri menyebut metodenya
sebagai "seni kebidanan" yang
berarti seorang filsuf hanya membidani lahirnya pengetahuan. Dengan
pertanyaan-pertanyaannya ia membidani ilmu pengetahuan yang terdapat dalam jiwa
manusia dan melalui pertanyaan yang lebih lanjut ia mengujinya.
Plato murid Socrates ia melanjutkan apa
yang dilakukan oleh gurunya. Menurutnya filsafat adalah mencari kebijaksanaan atau kebenaran, yang sebaiknya dilakukan
dengan dialog. Plato dikenal sebagai filosof dualisme
(adanya dua kenyataan terpisah dan berdiri sendiri) yaitu dunia ide (sifatnya tetap, ketika melihat) dan dunia bayangan/inderawi (sifatnya berubah, ide
yang terbayang).
Puncak
kejayaan filsafat Yunani ada di masa Aristoteles. Menurutnya ilmu pengetahuan
itu digunakan untuk menyelidiki penyebab objek.
Yang sebelumnya dilakukan menyelidiki alam tanpa menyelidiki penyebab. Keempat
penyebab itu adalah :
Pertama,
penyebab material – bahan pembuat
benda – Ex: kayu sebagai bahan, bendanya kursi. Kedua, penyebab formal – bentuk yang menyusun bahan – Ex:
bentuknya kursi maka kayu dibentuk menjadi kursi. Jika bentuknya bukan kursi
ya.. tidak jadi kursi. Ketiga, Penyebab
efisien – sumber kejadian/faktor yang menjalankan kejadian/siapa
pembuatnya – Ex: si pembuat kursi misalnya tukang kayu. Keempat, penyebab final – inilah yang menjadi arah seluruh
kejadian – Ex: kursi dibuat untuk duduk.
Realitas
menurut Aristoteles tersusun atas substansi (sesuatu
yang berdiri sendiri) dan aksidensi (tidak
berdiri sendiri dan hanya dapat dikaitkan pada yang berdiri sendiri). Sembilan
aksidensi itu antara lain: kualitas, kuantitas, relasi, tempat, waktu, aksi,
passi.
Salah
satu ajaran Aristoteles yaitu sillogisme
(menarik kesimpulan dari premis sebelumnya). Contoh:
Premis major : Mahasiswi
IAIN Tulungagung semua berjilbab
Premis minor : Ani
mahasiswi IAIN Tulungagung
Konklusi : Ani berjilbab
Begitulah
tadi penjelasan panjang kali lebar kali tinggi sama dengan luas. Dengan bahasa
yang sedikit melelahkan untuk dibaca. Ini juga akibat dari melalaikan jadwal
menulis. Aku nggak akan cuek bebek kok, punya keyakinan mendalam dapat
menyelesaikan setiap ada bahan langsung menulis. Keyakinan akan sama kayak niat
kalau Cuma stagnan. Berhenti doang nggak jalan-jalan. Bukan karena Aki tekor tapi karena malas. Penyakit menahun ini
nggak ada obatnya selain perubahan berarti dari diri kamu sendiri. Penyakit
yang tidak kalah parahnya adalah menunda pekerjaan. Ada banyak kerugian yang
didapatkan dari menunda. Kalau aku memulainya lima menit yang lalu mungkin saja
sudah menulis minimal satu paragraph. Setelah sadar langsung nulis loh ya..
nanti ditinggal ngelamun akhirnya ditunda lagi. Cabe deh, eh maksutnya cape
deh. #peace
Sebenarnya,
aku menunda pekerjaan ini bukan karena malas berkepanjangan. Tepat dua hari
setelah aku mendapat materi ini nenekku meninggal dunia. Semua petuah bijaknya
menjadi bekal untuk kehidupanku. Semoga amal ibadah beliau diterima dan
diberikan tempat disisi-Nya yang terbaik. Amin. Sewaktu beliau masih di rumah
sakit aku sempat ikut menunggu. Membuatku ingin menulis beberapa bait kalimat
yang isinya….
"Waktu tidak menyisakan ku tempat untuk beristirahat. Waktu
membuatku terus melaju seperti arah jarum jam yang berputar ke kanan. Waktu tak
mengenal lelah meski ia tak pernah berhenti. Karena waktu memang tak pernah
bisa berhenti. Masa akan terus merajut asa kehidupan dan kematian. Waktu
mengubah penyesalan menjadi sejarah. – Dalam lamunan senja. Melihat waktu yang
kian berganti angka. Seperti membuka takdir kehidupan selanjutnya. Dalam luapan
nyata dan maya. Berharap akan cepat ke dentang selanutnya. Namun, ketakutan
tentang apa yang akan terjadi cukup membuatku jera. Untuk berdo'a, waktu
cepatlah berlalu –"
Tulisan
ini menjadi pengingatku ketika nenekku masih hidup. Menulis tidak harus apa
yang terjadi untuk bisa mengingatkan suatu kejadian. Tapi saat tulisan itu
dibuat juga akan mengingatkan kita, sedang apa dan dimana kita waktu itu. Sekian dulu
post kali ini. Bye.. Bye..
***
وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Tidak ada komentar:
Posting Komentar