السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jum'at
30 Oktober 2015, Yippie.. ini adalah pertemuan ke 7 mata kuliah Filsafat Ilmu.
Wah, seneng ya lihat deretan post yang berbaris rapi. Ciee.. yang suka
nge-post. Hemh, Okedeh kita kembali ke topik selanjutnya. Post kali ini adalah
lanjutan dari My Dairy On Campus – Filsafat Ilmu –
6 yaitu tentang Zaman Pertengahan.
Sudah pernah mempelajari atau membaca tentang zaman pertengahan ini. Bagi yang
sudah, boleh baca lagi kok! untuk lebih menajamkan ingatan kamu. Bagi yang
belum, Come on! It's your time.
Sampai pada pertemuan ke-7 ini,
mahasiswa tidak diminta untuk mempresentasikan hasil rangkumannya. Kalau boleh
jujur, membaca judul sub-babnya tentang
"sejarah", menurutku itu pasti melelahkan. Merangkum aja butuh
bolak-balik baca kalimatnya. Nggak bisa bayangin bagaimana aku bisa memahami
bab ini di tengah perjuangan melawan kantuk. Mata kuliah filsafat ilmu yang
dimulai Pukul 10.20 hingga jam 11 lebih itu, rawan banget ngantuk. Dan saat di
pertemuan ke-7 ini taaraa…. Nggak tuh. Perkuliahannya asik kok. Setelah
menjelaskan biasanya pak Na'im memberikan contoh yang ada di kehidupan kita
sehari-hari. Yang pasti serius dan benar ya penjelasannya. Dan nggak garing.
Jadi, siapa bilang belajar filsafat dan sejarah itu gak asik. Baiklah mari kita
mulai pembahasan yang singkat dan semoga jelas ini….
Zaman pertengahan (6-16 M) di Eropa
adalah zaman keemasan bagi keKristenan. Dimana semua pemikiran diselaraskan
dengan dogma gereja. Pada masa Yunani Kuno dua filsuf yang terkenal adalah
Plato yang memperlihatkan pengaruhnya pada Agustinus dan Aristoteles yang memperlihatkan
pengaruhnya pada Thomas Aquinas.
Filsafat Agustinus adalah keadaan ikut ambil bagian, suatu bentuk Platonisme
yang khas. Manusia memiliki pengetahuan tentang kebenaran abadi sejak ia lahir
dalam ingatan, yang kemudian menjadi sadar karena ia mengetahui sesuatu.
Manusia ikut ambil bagian dalam idea-idea Tuhan yang mendahului penciptaan
dunia. Ciptaan itu bagian dari idea Tuhan, tapi manusia itu unik, ia berperan
aktif yang diwujudkan dalam pengetahuannya. Ikut ambil bagian berarti juga
mengetahui sesuatu. Menurut Agustinus, berpikir dan mengasihi itu tidak dapat
dipisahkan. Tuhan itu ada dan bersifat pribadi dan
menciptakan seluru jagat raya dengan bebas, bukan seperti teori Emanasio
milik Plotinus yang tiba-tiba terjadi.
Thomas
Aquinas memang merenungkan filsafat Aristoteles, tetapi ia membuang yang
tidak sesuai dengan ajaran Kristiani dan menambah hal-hal baru. Yang kemudian
melahirkan filsafat bercorak Thomisme, yang
menjadi ciri khas Abad Pertengahan yang disebut "Ancilla
Theologiae". Thomas menganut teori
penciptaan yaitu Tuhan sebagai pencipta. Tuhan menciptakan sesuatu berawal dari ketiadaaan. Pada mulanya tidak ada
dualisme antara Tuhan (kebaikan) dan materia (keburukan). Sesuatu itu berasal
dari kebaikan Tuhan, jadi materia juga punya kebaikan sendiri. Disini mencipta
berarti juga memelihara apa yang diciptakan.
Sebelumnya
ada tambahan dikit yaps, dari penjelasan yang aku tangkap dari perkuliahan saat
pertemuan ke-7 ini. Kurang lebih begini…
Setiap
agama itu punya misi dakwah yang
berbeda-beda. Contohnya saja agama Kristen yang misi dakwahnya rapi, berbeda
dengan Islam yang misi dakwahnya tidak teratur dapat dilakukan oleh pemuka
agama tanpa harus terikat dengan sebuah masjid atau lembaga Islam. Dan lagi,
jika Kristen lebih terorganisir, Islam tidak memikirkan pengaruh atau punya
visi misi kedepannya akan seperti apa misi dakwah tersebut. kemudian Yahudi,
orang yang masuk Yahudi harus dari suku Arya selain Arya tidak masuk, mereka
juga sangat kuat memegang keyakinan.
Masa
kejayaan Islam adalah masa kegelapan bagi Barat. Jika di post, sebelumnya sudah
pernah disinggung tentang Gereja pada abad pertengahan adalah lembaga yang
mengatur kehidupan dunia (kiasan untuk pemerintah)
dan akhirat (kiasan untuk agama). Ini
terlihat dari hal yang menurut aku pribadi, pada waktu itu ada ajaran gereja tentang
perkara mandi yang hanya boleh seminggu sekali. Bisa bayangin kalau dia seorang
yang pekerjaannya nggak jauh-jauh dari keringat baunya kayak apa? *nggak usah dibayangin. Kembali pada masa kejayaan Islam, pada masanya dulu Islam
berjaya karena punya 3 kunci, Tradisi
baca-tulis, Transformasi Ilmu (terjemah bahasa), dan kreatifitas. Apresiasi
untuk penulis pada waktu itu sangat tinggi. Pemerintah akan memberikan gaji
tinggi pada tokoh besar yang menulis buku. Nah, kemudian negara lain mulai
belajar untuk melakukan hal yang sama seperti 3 kunci tadi. Contohnya,
Restorasi Meiji – tradisi baca tulis di Jepang.
Masuklah kita pada zaman yang
ketiga, yaitu Zaman Renaisans (14-16 M).
Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai dengan suatu era yang
disebut Renaisans. Renaisans sendiri adalah suatu
zaman yang menaruh perhatian di bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik,
sastra, filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pak Na'im
mencontohkan lukisan Monalisa sebagai yang pertama dibuat zaman ini. Untuk
bidang teknologi, ciri-ciri teknologi itu tidak bisa diprediksi alias Uncreditable.
Pada zaman Renaisans terjadi gerakan revolusioner yang menentang pola pemikiran
abad pertengahan yang dogmatis, yang kemudian memunculkan
pemikiran baru dalam filsafat. Dimana pada zaman ini manusia
menginginkan bebas seperti halnya pada zaman Yunani Kuno dan mulai melepaskan diri dari "kungkungan"
otoritas gereja untuk mencari kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.
Pemikir pada zaman ini yang bisa di
kemukakan adalah Nicolaus Copernicus
(1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626). Nicolaus adalah tokoh Gerejani yang ortodoks
(kolot). Ia menemukan bahwa pusat jagat raya adalah
matahari, bumi memiliki dua gerak yaitu perputaran pada porosnya dan
gerak tahunan. Yang kemudian teorinya ini diebut dengan Heliosentrisme. Berbeda dengan teori Ptolomeus
yang disebut Geosentrisme, bahwa pusat jagat
raya adalah bumi. Kemudian melahirkan pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Bacon
adalah pemikir yang menjadi perintis ilmu pengetahuan. Ungkapannya yang
terkenal adalah "knowledge is Power" yang berarti pengetahuan adalah kekuasaan. Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini:
(1) mesiu menghasilkan kemenangan dan
perang modern, (2) kompas
memungkinkan manusia mengarungi lautan, dan (3) percetakan
yang mempercepat penyebaran ilmu pengetahuan.
Di tengah perkuliahan pak Na'im
bertanya. Apa bedanya pendapat Nicolaus Copernicus
dengan pendapat Galileo yang sama-sama
berpendapat matahari adalah pusat tata surya.
Apa hayo…? beruntung aku tidak mengantuk di tengah perkuliahan, jadi tahu deh
apa bedanya. Nah bedanya, kalau pendapat Copernicus
itu masih spekulasi sedangkan Galileo berdasar
teknologi, dia juga yang pertama kali memperkenalkan teleskop. Nah, nama-nama
planet itu diawali dari mitos-mitos Yunani. Dulu Yunani menganggap planet itu
dewa, jadi nama planet yang sekarang itu nama dewa. Ini dimaksudkan untuk
menghargai tradisi lama, hanya substansinya aja diubah. Beda sama astrologi lo
ya, kalau itu kan zodiac.
Untuk post berikutnya maaf,,,
bakalan telat soalnya Jum'at, 6 Oktober itu UTS (Ujian Tengah Semester). Semoga
apa yang bisa aku tulis disini bisa bermanfaat, baik bagi aku sendiri dan kamu
juga yang membaca. Dan yang penting sih bisa ingat ya. Amin.
Oh
yaps, pernah nggak mencari siapa sih aku? Atau apa kamu pernah berpikir untuk
bisa seperti orang lain? Atau lupa dengan siapa diri kamu karena terlalu
mengikuti orang yang paling kamu kagumi? Aku pernah melakukannya. Menganggap
bahwa aku adalah orang paling buruk dalam segala hal. Kamu tahu nggak, hati
kecil kamu menangis. Dia yang selalu menjadi pelita dalam kegelapan saat kamu
mencari siapa aku. Tapi saat dia mengingatkanmu, kamu tak pernah mendengarnya.
Itu kata yang selalu menjadi penyemangat ketika aku merasa menjadi seorang yang
buruk. Inilah aku, entah bagaimana orang memandangku mereka tidak akan bisa
menembus hatiku. Dan itu hanya Tuhan yang tahu. Dan siapapun kamu, jangan
langsung menghakimi siapapun. Karena ada banyak hal positif yang kamu dapat
dari manusia seburuk apapun ia dimatamu. Bukan tidak peduli, tapi bagaimana
kamu bisa menyaring setiap apa yang diomongkan orang lain. Jika itu bermanfaat
ambil, jika tidak buang.
Aku
punya banyak sekali keinginan, sayangnya masih sedikit tindakan. Aku selalu
mengatakan untuk belajar, belajar, dan belajar. Melelahkan. Bukan itu yang ku
pikirkan yang jelas terus melakukan sesuatu yang aku inginkan dan tidak
menyalahi aturan. Manusia memang tidak ada yang sempurna, lalu buat apa
mengejar kesempurnaan. Keinginan puas tidak ada batasnya, tapi bisa di kontrol
oleh diri kita sendiri. Intinya ini tentang bagaimana caraku memandang. Daripada
menggerutu apakah orang lain suka atau tidak dengan kita. Be positif. Karena
kalau mau menghargai orang lain coba lihat diri kita sendiri. Jika kita
diperlakukan buruk oleh orang lain, apakah kita juga akan melakukan itu pada
yang lainnya lagi. Dan mereka merasakan seperti apa yang kita rasakan. Yang
jelas, be yourself. Luka fisik dibawa ke rumah sakit, luka di hati apa obatnya?
Sekian post, kali ini. Bye.. Bye..
***
Lets Read And Make Your Future
وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Tidak ada komentar:
Posting Komentar