Translate

Kamis, 05 November 2015

My Dairy On Campus - Filsafat Ilmu - 7

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
 

Jum'at 30 Oktober 2015, Yippie.. ini adalah pertemuan ke 7 mata kuliah Filsafat Ilmu. Wah, seneng ya lihat deretan post yang berbaris rapi. Ciee.. yang suka nge-post. Hemh, Okedeh kita kembali ke topik selanjutnya. Post kali ini adalah lanjutan dari My Dairy On Campus – Filsafat Ilmu – 6 yaitu tentang Zaman Pertengahan. Sudah pernah mempelajari atau membaca tentang zaman pertengahan ini. Bagi yang sudah, boleh baca lagi kok! untuk lebih menajamkan ingatan kamu. Bagi yang belum, Come on! It's your time.
            Sampai pada pertemuan ke-7 ini, mahasiswa tidak diminta untuk mempresentasikan hasil rangkumannya. Kalau boleh jujur, membaca judul sub-babnya  tentang "sejarah", menurutku itu pasti melelahkan. Merangkum aja butuh bolak-balik baca kalimatnya. Nggak bisa bayangin bagaimana aku bisa memahami bab ini di tengah perjuangan melawan kantuk. Mata kuliah filsafat ilmu yang dimulai Pukul 10.20 hingga jam 11 lebih itu, rawan banget ngantuk. Dan saat di pertemuan ke-7 ini taaraa…. Nggak tuh. Perkuliahannya asik kok. Setelah menjelaskan biasanya pak Na'im memberikan contoh yang ada di kehidupan kita sehari-hari. Yang pasti serius dan benar ya penjelasannya. Dan nggak garing. Jadi, siapa bilang belajar filsafat dan sejarah itu gak asik. Baiklah mari kita mulai pembahasan yang singkat dan semoga jelas ini….
Zaman pertengahan (6-16 M) di Eropa adalah zaman keemasan bagi keKristenan. Dimana semua pemikiran diselaraskan dengan dogma gereja. Pada masa Yunani Kuno dua filsuf yang terkenal adalah Plato yang memperlihatkan pengaruhnya pada Agustinus dan Aristoteles yang memperlihatkan pengaruhnya pada Thomas Aquinas.
Filsafat Agustinus adalah keadaan ikut ambil bagian, suatu bentuk Platonisme yang khas. Manusia memiliki pengetahuan tentang kebenaran abadi sejak ia lahir dalam ingatan, yang kemudian menjadi sadar karena ia mengetahui sesuatu. Manusia ikut ambil bagian dalam idea-idea Tuhan yang mendahului penciptaan dunia. Ciptaan itu bagian dari idea Tuhan, tapi manusia itu unik, ia berperan aktif yang diwujudkan dalam pengetahuannya. Ikut ambil bagian berarti juga mengetahui sesuatu. Menurut Agustinus, berpikir dan mengasihi itu tidak dapat dipisahkan. Tuhan itu ada dan bersifat pribadi dan menciptakan seluru jagat raya dengan bebas, bukan seperti teori Emanasio milik Plotinus yang tiba-tiba terjadi.
            Thomas Aquinas memang merenungkan filsafat Aristoteles, tetapi ia membuang yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani dan menambah hal-hal baru. Yang kemudian melahirkan filsafat bercorak Thomisme, yang menjadi ciri khas Abad Pertengahan yang disebut "Ancilla Theologiae". Thomas menganut teori penciptaan yaitu Tuhan sebagai pencipta. Tuhan menciptakan sesuatu berawal dari ketiadaaan. Pada mulanya tidak ada dualisme antara Tuhan (kebaikan) dan materia (keburukan). Sesuatu itu berasal dari kebaikan Tuhan, jadi materia juga punya kebaikan sendiri. Disini mencipta berarti juga memelihara apa yang diciptakan.
Sebelumnya ada tambahan dikit yaps, dari penjelasan yang aku tangkap dari perkuliahan saat pertemuan ke-7 ini. Kurang lebih begini…
Setiap agama itu punya misi dakwah yang berbeda-beda. Contohnya saja agama Kristen yang misi dakwahnya rapi, berbeda dengan Islam yang misi dakwahnya tidak teratur dapat dilakukan oleh pemuka agama tanpa harus terikat dengan sebuah masjid atau lembaga Islam. Dan lagi, jika Kristen lebih terorganisir, Islam tidak memikirkan pengaruh atau punya visi misi kedepannya akan seperti apa misi dakwah tersebut. kemudian Yahudi, orang yang masuk Yahudi harus dari suku Arya selain Arya tidak masuk, mereka juga sangat kuat memegang keyakinan.
Masa kejayaan Islam adalah masa kegelapan bagi Barat. Jika di post, sebelumnya sudah pernah disinggung tentang Gereja pada abad pertengahan adalah lembaga yang mengatur kehidupan dunia (kiasan untuk pemerintah) dan akhirat (kiasan untuk agama). Ini terlihat dari hal yang menurut aku pribadi, pada waktu itu ada ajaran gereja tentang perkara mandi yang hanya boleh seminggu sekali. Bisa bayangin kalau dia seorang yang pekerjaannya nggak jauh-jauh dari keringat baunya kayak apa? *nggak usah dibayangin. Kembali pada masa kejayaan Islam, pada masanya dulu Islam berjaya karena punya 3 kunci, Tradisi baca-tulis, Transformasi Ilmu (terjemah bahasa), dan kreatifitas. Apresiasi untuk penulis pada waktu itu sangat tinggi. Pemerintah akan memberikan gaji tinggi pada tokoh besar yang menulis buku. Nah, kemudian negara lain mulai belajar untuk melakukan hal yang sama seperti 3 kunci tadi. Contohnya, Restorasi Meiji – tradisi baca tulis di Jepang.
            Masuklah kita pada zaman yang ketiga, yaitu Zaman Renaisans (14-16 M). Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai dengan suatu era yang disebut Renaisans. Renaisans sendiri adalah suatu zaman yang menaruh perhatian di bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pak Na'im mencontohkan lukisan Monalisa sebagai yang pertama dibuat zaman ini. Untuk bidang teknologi, ciri-ciri teknologi itu tidak bisa diprediksi alias Uncreditable. Pada zaman Renaisans terjadi gerakan revolusioner yang menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, yang kemudian memunculkan pemikiran baru dalam filsafat. Dimana pada zaman ini manusia menginginkan bebas seperti halnya pada zaman Yunani Kuno dan mulai melepaskan diri dari "kungkungan" otoritas gereja untuk mencari kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.  
            Pemikir pada zaman ini yang bisa di kemukakan adalah Nicolaus Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626). Nicolaus adalah tokoh Gerejani yang ortodoks (kolot). Ia menemukan bahwa pusat jagat raya adalah matahari, bumi memiliki dua gerak yaitu perputaran pada porosnya dan gerak tahunan. Yang kemudian teorinya ini diebut dengan Heliosentrisme. Berbeda dengan teori Ptolomeus yang disebut Geosentrisme, bahwa pusat jagat raya adalah bumi. Kemudian melahirkan pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi. Bacon adalah pemikir yang menjadi perintis ilmu pengetahuan. Ungkapannya yang terkenal adalah "knowledge is Power" yang berarti pengetahuan adalah kekuasaan. Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini: (1) mesiu menghasilkan kemenangan dan perang modern, (2) kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan, dan (3) percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu pengetahuan.
            Di tengah perkuliahan pak Na'im bertanya. Apa bedanya pendapat Nicolaus Copernicus dengan pendapat Galileo yang sama-sama berpendapat matahari adalah pusat tata surya. Apa hayo…? beruntung aku tidak mengantuk di tengah perkuliahan, jadi tahu deh apa bedanya. Nah bedanya, kalau pendapat Copernicus itu masih spekulasi sedangkan Galileo berdasar teknologi, dia juga yang pertama kali memperkenalkan teleskop. Nah, nama-nama planet itu diawali dari mitos-mitos Yunani. Dulu Yunani menganggap planet itu dewa, jadi nama planet yang sekarang itu nama dewa. Ini dimaksudkan untuk menghargai tradisi lama, hanya substansinya aja diubah. Beda sama astrologi lo ya, kalau itu kan zodiac.
            Untuk post berikutnya maaf,,, bakalan telat soalnya Jum'at, 6 Oktober itu UTS (Ujian Tengah Semester). Semoga apa yang bisa aku tulis disini bisa bermanfaat, baik bagi aku sendiri dan kamu juga yang membaca. Dan yang penting sih bisa ingat ya. Amin.
Oh yaps, pernah nggak mencari siapa sih aku? Atau apa kamu pernah berpikir untuk bisa seperti orang lain? Atau lupa dengan siapa diri kamu karena terlalu mengikuti orang yang paling kamu kagumi? Aku pernah melakukannya. Menganggap bahwa aku adalah orang paling buruk dalam segala hal. Kamu tahu nggak, hati kecil kamu menangis. Dia yang selalu menjadi pelita dalam kegelapan saat kamu mencari siapa aku. Tapi saat dia mengingatkanmu, kamu tak pernah mendengarnya. Itu kata yang selalu menjadi penyemangat ketika aku merasa menjadi seorang yang buruk. Inilah aku, entah bagaimana orang memandangku mereka tidak akan bisa menembus hatiku. Dan itu hanya Tuhan yang tahu. Dan siapapun kamu, jangan langsung menghakimi siapapun. Karena ada banyak hal positif yang kamu dapat dari manusia seburuk apapun ia dimatamu. Bukan tidak peduli, tapi bagaimana kamu bisa menyaring setiap apa yang diomongkan orang lain. Jika itu bermanfaat ambil, jika tidak buang.
Aku punya banyak sekali keinginan, sayangnya masih sedikit tindakan. Aku selalu mengatakan untuk belajar, belajar, dan belajar. Melelahkan. Bukan itu yang ku pikirkan yang jelas terus melakukan sesuatu yang aku inginkan dan tidak menyalahi aturan. Manusia memang tidak ada yang sempurna, lalu buat apa mengejar kesempurnaan. Keinginan puas tidak ada batasnya, tapi bisa di kontrol oleh diri kita sendiri. Intinya ini tentang bagaimana caraku memandang. Daripada menggerutu apakah orang lain suka atau tidak dengan kita. Be positif. Karena kalau mau menghargai orang lain coba lihat diri kita sendiri. Jika kita diperlakukan buruk oleh orang lain, apakah kita juga akan melakukan itu pada yang lainnya lagi. Dan mereka merasakan seperti apa yang kita rasakan. Yang jelas, be yourself. Luka fisik dibawa ke rumah sakit, luka di hati apa obatnya? Sekian post, kali ini. Bye.. Bye..

***
Lets Read And Make Your Future


وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Tidak ada komentar:

Posting Komentar